Mendermakan Hidup untuk Jadi Donor Darah
Donor darah itu bukan profesi. Bukan pula cita-cita. Namun seorang donor darah punya peran tersendiri dalam kehidupan manusia.
Awal tahun ini, orang-orang masih ada yang membicarakannya. Namanya Khairil Azhar. Ia tercatat telah 112 kali mendermakan darah.
Ia melakukannya sejak 1987. Usianya kini menginjak 58 tahun dan kakek satu cucu tersebut masih melakukannya.
Atas aksi sosial yang sudah dilakukan selama puluhan tahun itu, Khairil menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial dari Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.
Penghargaan itu diterimanya karena ia sudah lebih dari 100 kali menyumbangkan darah. Penghargaan yang tentunya tak bisa ditukar dengan nominal harga.
Bagi Khairil, tak berlimpah materi bukanlah halangan untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Sebab, ada banyak cara untuk membantu sesama, termasuk dengan menyumbangkan darahnya.
Ya, sampai sekarang pun, ia bekeinginan tetap rutin menyumbangkan darah setiap tiga bulan sekali hingga usia 65 tahun. Jelas menjadi seseorang yang jarang ditemui bukan?
Warga Kelurahan Pemurus Baru, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini merupakan pensiunan pegawai negeri sipil yang masih terlihat bugar.
Menurutnya, resep kebugaran tersebut justru karena dirinya rutin menyumbangkan darah.
Perlu ditegaskan kembali, Khairil melakukannya saat usia 27 tahun. Sejak itu, ia mengaku merasa selalu sehat. Kalaupun sakit, ia tak pernah sampai harus opname di rumah sakit. Paling hanya sakit flu, batuk, dan meriang, begitu pengakuannya.
Baca Juga: Presiden Anugerahi Satyalancana ke 897 Orang yang Sudah Mendonor 100 Kali
Meski demikian, Khairil mengutarakan dirinya tidak pernah berpikir untuk menjadi donor darah sebelumnya. Pasalnya ia takut dengan jarum suntik. Namun karena sudah terdorong untuk menmbantu sesama rasa takut itu pun berhasil dihalau.
Bahkan cerita bagaimana ia memulainya pun cukup menyentuh. Saat itu, tahun 1987, ia tengah berkunjung ke RSUD Ulin Banjarmasin. Ia lalu bertemu dengan seseorang yang panik.
Orang itu rupanya sedang mencari darah O+ untuk istrinya yang hendak melahirkan. Khairil kasihan, apalagi orang itu dari golongan masyarakat kurang mampu.
Secara spontan, ia lalu menawarkan diri untuk membantu. Kebetulan darahnya juga O+, sesuai dengan yang dibutuhkan.
“Saya bilang kepadanya, kamu tenang saja, saya akan membantu kamu, Saya akan mendermakan darah saya untuk istrimu,” ucapnya saat itu.
Sambil melawan ketakutannya pada jarum suntik, Khairil mengajak orang yang baru pertama kali dijumpainya itu pergi ke Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kota Bajarmasin untuk proses transfusi darah.
Semua proses berlangsung lancar. Akhirnya istri orang itu melahirkan dengan selamat.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: