Mengapa Perlu Organik?
Pertumbuhan penduduk tidak diiringi peningkatan produksi pangan di Indonesia, Mengapa? Karena sebagian lahan pertanian Indonesia sudah jenuh dan habis di-“paksa” untuk selalu menghasilkan dengan cara apapun, tanpa mempertimbangkan kesuburan dan keseimbangan ekosistem secara alami. Di dalam tanah terdapat kehidupan alami yang menciptakan siklus kesuburan secara sendirinya, ibarat di dalam tanah itu merupakan dapur yang ada kokinya. Sehingga disaat tanaman membutuhkan makanan “nutrisi” ada yang menyediakan yaitu mikro organisme dan yang paling penting adalah adanya bahan yang dimasak yaitu bahan organik.
Sementara itu biologi tanah dan kimia tanah dari tahun ke tahun semakin rusak, dan era saat ini banyak penyakit berbahaya yang diderita pada umur manusia masih dibilang muda. Namun, seiring dengan adanya kesadaran global tentang pentingnya menjaga ekosistem yang keberlanjutan terhadap lingkungan, melahirkan pemikiran untuk mewariskan alam ini kepada anak cucu dalam kondisi lestari. Khusus dalam hal pertanian maka lahirlah istilah pertanian yang berkelanjutan atau sustainable agriculture. Adapun maksud dari gerakan ini di antaranya, pertanian yang masih terjaga saat ini, masa yang akan datang hingga selamanya. Artinya pertanian tetap lestari yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan serta terhindar dari bencana terutamabagi manusia dan alam. Karena dalam sistem pertanian ini input yang digunakan merupakan sumber daya yang ramah lingkungan yakni mengunakan pupuk dan pestisida atau saprodi yang berasal dari alam dan tidak menggangu ekosistem alam itu sendiri.
Salah satu produsen pupuk di Indonesia, belakangan ini berkonsentrasi mengembangkan pupuk hayati dan organik, pupuk hayati Bion Up merupakan salah satu jenis pupuk yang akan memperbanyak dan meningkatkan kandungan mikro organisme di dalam tanah, sehingga bahan organik yang tersedia di dalam tanah akan bisa diproses “dimasak” menjadi nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Sedangkan produk orgaiknya, pupuk Excow merupakan pupuk organik yang lengkap, tidak hanya didasarkan kandungan C/N rasionya saja tetapi lengkap dengan mikro organisme, mikro nutrient dan bahan pembenah tanah.
Pestisida adalah bahan kimia seperti fungisida, herbisida dan insectisida. Bahan kimia ini banyak digunakan dalam pertanian konvensional, dan residu akan tetap menempel pada makanan yang kita makan. Sisa pestisida ini bahkan bisa ikut terkandung dalam produk pertanian yang dihasilkan, residu pestisida ini merupakan neurotoksin yang meracuni syaraf.
Makanan organik biasanya lebih segar dan lebih lezat saat dimakan. Makanan yang dibudidayakan secara alami ini juga bisa bertahan lebih lama, sehingga sekaligus meminimalisasi penggunaan bahan pengawet. Lebih bergizi selain rasanya yang lebih lezat, makanan organik menurut penelitian juga lebih tinggi jumlah nutrisinya. Sebuah study yang dilaporkan organic.org menunjukan bahwa buah-buahan dan sayuran organik mengandung 27% lebih banyak vitamin C 21,1% lebih banyak zat besi 29,3% lebih banyak magnesium 13,6% lebih banyak fosfor, dan 18% lebih banyak polyphenol.
Pertanian organik terbukti mengurangi polusi (udara, air dan tanah), menghemat air, mengurangi erosi, meningkatkan kesuburan tanah, dan menggunakan lebih sedikit energi. Selain itu, pertanian organik lebih baik bagi ekosistim yang berada disekitarnya.
(***)
Penulis: Wahyu Sunu (Staf Marketing PT Pupuk Kujang)
BERITA
Kendati Rupiah Menguat, Pemerintah dan BI Harus Tetap Antisipatif
Kendati nilai tukar rupiah menguat sejak awal pekan ketiga November 2018, pemerintah dan BI (Bank Indonesia) harus tetap antisipatif. Nilai tukar valuta masih akan fluktuatif, karena pasar uang terus dibayang-bayangi oleh rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), menaikkan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate (FFR), hingga tahun 2019 mendatang.
Akhir pekan kedua November 2018, rupiah digambarkan sebagai valuta paling perkasa di Asia karena mengalami penguatan sampai 70 poin, atau 0,48% terhadap dolar AS. Pada Jumat (16/11), nilai tukar rupiah sudah memasuki level Rp 14.595 dan Rp 14.665.
Proses penguatan nilai tukar rupiah saat ini tentu tak bisa dilepaskan dari langkah BI menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%, belum lama ini. Namun, proses penguatan rupiah saat ini diasumsikan temporer.
Rupiah – dolar AS, pada dasarnya belum menemukan keseimbangan baru. Terutama karena Fed masih akan menaikkan bunga acuan ke level 3,25 persen hingga 2019, dari posisi dua persen saat ini.
BERITA
Mencaci Maki Sekulerisme Tanpa Memahami Maknanya
Sudah terjadi berlangsung lama kesalahan dalam pemahaman tentang apa makna sekulerisme. Namun sebagian justru memelesetkan pengertian sekuler dan menjelaskan pada orang yang nggak mengerti. Sekulerisme seolah-olah ingin membuat orang Islam tidak berpolitik. Hal ini tidaklah benar.
Sekulerisme itu adalah konsep yang memisahkan agama dengan kekuasaan politik atau negara, khususnya pada negara bangsa (nation state). Kalau di negara teokrasi mungkin agama dan politik kekuasaan negara bisa saja disatukan. Sayang negara agama yang murni di dunia itu tidak ada.
Islam pada waktu Nabi hidup dan kekhalifahan paska wafatnya Nabi mungkin bisa disebut “negara agama atau negara Islam”. Namun setelah itu “Eksperimen Kekuasaan di Madinah” dianggap gagal. Di Turki dicoba lagi dan juga gagal.
Negara Arab Saudi sendiri mengambil bentuk negaranya sebagai kerajaan dan bukan negara Islam, karena yang disebut dalam Quran adalah kerajaan. Pengertian khilafah berdasar Quran itu dimensi dan skalanya individual bukan dalam skala negara. Dan tatkala Nabi menjalankan eksperimen struktur kenegaraan di Madinah, luas Madinah sebenarnya hanya sebesar 2 kali Kecamatan Mampang.
Sekularisme tersebut dalam sub pemahamannya sering diartikan, yakni berarti pemisahan ambisi berkuasa/berpolitik (dalam kontek kekuasaan negara) dengan kewajiban orang dalam beragama. Nah kalau, dalam kontek negara, orang ingin agama dan kekuasaan disatukan itu tidak bisa dikatakan sekuler atau tidak sekuler. Tetapi penyatuan agama dengan politik (kenegaraan) demikian disebut totaliterianisme agama. Inilah yang dianut HTI, karena itu mereka juga anti demokrasi!
BERITA
Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI?
Berikut tulisan Ayik Heriansyah yang diberi judul Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI. Tulisan Ayik ini mencoba menafsirkan perspektif Gus Yaqut terkait video yang beredar di media sosial.
Seperti diberitakan, GP Ansor, induk dari Banser, angkat bicara soal itu. Ia menyatakan pembakaran sebenarnya dilakukan pada bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sekaligus untuk menjaga kalimat tauhid.
Baca Juga:
- DPR Semakin Terbuka dan Merakyat
- Tulisan Gus Dur: Harlah, Natal dan Maulid
- Pemerintah Harus Menaruh Perhatian Ekstra pada Sektor Tanaman Pangan
Gus Yaqut alias Yaqut Cholil Qoumas selaku Ketua Umum PP GP Ansor menyampaikan persepktifnya terkait kejadian ini. Ia bilang anggotanya melihat bendera tersebut sebagai simbol bendera HTI, ormas yang sudah dibubarkan pemerintah.
Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI ?
Bendera hitam putih yang kerap dibawa aktivis HTI merupakan simbol gerakan pemberontakan (bughat) terhadap daulah Islamiyah (NKRI). Itulah bendera Khilafah ala HTI yang terinspirasi oleh hadits-hadits Nabi Saw tentang liwa rayah. Liwa rayah merupakan bendera simbol kenegaraan kaum muslimin pada hubungan internasional saat itu. Di Indonesia umat Islam sepakat menggunakan bendera Merah Putih sebagai simbol kenegaraan mereka. Itulah liwa rayah kaum muslimin di Indonesia. Bendera pemersatu umat dari Sabang sampai Merauke.
Sebagai muslim/muslimah yang memiliki KTP, SIM dan Buku Nikah NKRI, makan minum, menggunakan mata uang Indonesia fasilitas jalan, bandara, pelabuhan, sekolah, rumah sakit, dsb udah seharusnya aktivis HTI mengusung bendera Merah Putih. Liwa rayah kita semua. Toh Nabi Saw sendiri tidak memerintahkan umatnya menggunakan liwa rayah hitam putih yang bertuliskan dua kalimat syahadat. Bukankah semua hadits tentang liwa rayah hanya bersifat khabariyah informatif tanpa ada qarinah (indikasi) wajib menggunakannya. Sesungguhnya Nabi Saw sudah tau, perihal bendera negara diserahkan kepada sepenuhnya kesepakatan umatnya.
Aksi pamer bendera HTI di wilayah NKRI menimbulkan kegaduhan, fitnah dan memecah belah umat Islam. Bukan hanya NU, Ansor dan Banser, ormas Islam lainnya pembentuk NKRI risih dengan bendera HTI. Sudah pasti tujuan HTI mendirikan Khilafah Tahririyah termasuk bughat. Setiap kegiatan dan atribut yang mengarah kepada bughat dihukumi haram. Sesuai kaidah ushul fiqih yang juga diadopsi HTI yang berbunyi: al-washilatu ila harami muharramah aw haramun.
Langkah-langkah Banser menindak peragaan bendera HTI tidak lain dan tidak bukan demi menjaga persatuan dan kesatuan umat, bangsa dan negara. Yang demikian itu sesuai dengan maqashidusy syariah yakni hifdzul umat, mujtama wa daulah. Inilah esensi dari penerapan syariah.
*Utsman Membakar al-Qur’an*
Pada saat terjadi perang irminiyah dan perang adzrabiijaan, Hudzaifah Ibnul Yaman yang saat itu ikut dalam dua perang tersebut melihat perbedaan yang sangat banyak pada wajah qiraah beberapa sahabat. Sebagiannya bercampur dengan bacaan yanag salah. Melihat kondisi para sahabat yang beselisih, maka ia melaporkannya kedapa Utsman radhiyallahu ‘anhu. Mendengar kondisi yang seperti itu, Utsman radhiyalahu ‘anhu lalu mengumpulkan manusia untuk membaca dengan qiraah yang tsabit dalam satu huruf (yang sesuai dengan kodifikasi Utsman). (lihat mabaahits fi ‘ulumil Qur’an karya Manna’ al Qaththan: 128-129. Cetakan masnyuratul ashr al hadits).
Setelah Utsman radhiyallahu ‘anhu memerintahkan kepada sahabat untuk menulis ulang al Qur’an, beliau kemudian mengirimkan al Qur’an tersebut ke seluruh penjuru negri dan memerintahkan kepada manusia untuk membakar al Qur’an yang tidak sesuai dengan kodifikasi beliau. (lihat Shahih Bukhari, kitab Fadhailul Qur’an bab jam’ul Qur’an, al Maktabah Syamilah)