Connect with us

Pakai Pupuk Non Subsidi ? Siapa Takut

Pupuk urea non subsidi(foto : kiospupuk.com)

Ada istilah “ono rego ono rupo”. Maksud dari istilah itu menggambarkan harga yang lebih baik atau mahal, akan memberikan kualitas yang lebih baik pula. Dalam dunia pertanian, petani tidak akan takut terhadap harga produk yang mahal untuk menunjang produksinya, selama produk yang digunakan terbukti bisa meningkatkan produktifitas tanamanya.

Selain itu petani Indonesian semakin maju dan moderen, tidak bertani dengan hanya tanam, diberi air dan pupuk terus panen. Akan tetapi petani sekarang sudah jeli untuk memilih berbagai produk benih, pestisida, pupuk organik, fungisida dan yang lain yang benar-benar bisa memberikan peningkatan produksi. Semua produsen pupuk di Indonesia, pasti membuat paket pupuk non subsidi, yang siap diperbandingkan produknya satu sama lain di antara produsen-produsen pupuk tersebut.

Kendati begitu, tanaman tidak akan melihat bentuk, warna maupun kemasan. Tanaman membutuhkan komposisi dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman itu sendiri. Misalkan, untuk tanaman padi yang lebih banyak membutuhkan unsur N untuk pertumbuhan dibandingkan unsur P dan K, dan tidak kalah pentingnya tanaman padi juga membutuhkan unsur-unsur mikro seperti Zn, Br, Cu dan lainnya.

Salah satu produsen pupuk di tanah air, telah melengkapi kebutuhan unsur mikro tadi di dalam produk pupuk non subsidinya seperti NPK 30-6-8, Organik Excow dan Pupuk Hayati Bion Up.

Pupuk non subsidi harganya tentu lebih mahal? Maklum saja, dari nilai produksi yang lebih mahal tadi pupuk non subsidi itu memberikan keyakinan akan mendapatkan keuntungan yang lebih. Pupuk non subsidi yang digunakan di berbagai daerah Jabar, Banten, Jateng, Jogja, Jatim bahkan di luar Jawa seperti Luwu Timur, Lampung dan masih banyak lagi daerah-daerah lainnya, membuktikan keunggulan pupuk non subsidi tersebut. Salah satu contoh Bapak Kasman dari Kabupaten Boyolali, dengan mencoba NPK 30-6-8, Bion Up dan Excow Pak Kasman mendapatkan banyak manfaat dan keuntungan seperti:

  1. Hasil panen padi dibeli tengkulak dengan harga lebih tinggi di bandingkan yang lain.
  2. Tanah sawahnya jadi bagus (pengakuan tukang traktor), kesuburan tanah meningkat.
  3. Redemen beras yang dihasilkan lebih tinggi atau lebih bernas.
  4. Bapak Kasman bisa menjadi pengecer pupuk non subsidi.

Dari pengalaman Pak Kasman tadi tetangga atau petani-petani di sekitarnya, kini mulai ikut menggunakan, dan tanpa rasa takut menggunakan pupuk non subsidi yang sudah terbukti lebih menguntungkan daripada pupuk yang lain.

No. Jenis Pupuk Kebutuhan/Ha (Kg) Harga/Kg (Rp) Harga/Ha (Rp) Produksi/Ha (Kg) Penghasilan/Ha (Rp)
1 Organik ** 500                   500        250,000    
2 NPK Biasa ** 300               2,300        690,000    
3 Urea ** 200                 1,800        360,000    
4 Pupuk Tambahan ** 100                 2,300        230,000    
           1,530,000 6000                     24,000,000
No. Jenis Pupuk Kebutuhan/Ha (Kg) Harga/Kg (Rp) Harga/Ha (Rp) Produksi/Ha (Kg) Penghasilan/Ha (Rp)
1 Bion Up 4               45,000        180,000    
2 NPK 30-6-8 400                 6,500    2,600,000    
3 Excow 500                 2,500    1,250,000    
                4,030,000 7500                     30,000,000
Selisih             2,500,000 1500                       6,000,000
Selisih Penghasilan/Ha                           3,500,000

Catatan

* Asumsi Harga GKP (Rp)                             4,000
** Harga di Pengecer lebih mahal
*** Pengolahan lahan, bibit, tenaga kerja, dan pestisida dianggap sama

 

Produsen pupuk yang baik, seharusnya tidak hanya memberikan produk yang hanya bisa meningkatkan produktivitas, tetapi juga produk pupuknya memperhatikan bagaimana kesuburan tanah itu terjaga dengan mengembalikan sifat biologi, kimia dan fisika tanahnya. Sehingga nilai manfaat yang diperoleh petani, akan terus bisa dinikmati sampai anak cucunya dikemudian hari, tidak meninggalkan tanah yang rusak, tandus dan kritis karena penggunaan pupuk yang salah.

Selain menjual pupuk, produsen pupuk yang professional juga akan mendampingi para petani. Dalam hal ini, produsen pupuk tersebut mendampingi petani untuk ikut serta melakukan pengwasan hama penyakit, cuaca extrim dan lain-lain, yang nantinya produsen pupuk tersebut, bisa menjadi sahabat petani.

Penulis: Wahyu Sunu (Staf Marketing PT Pupuk Kujang)

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Kendati Rupiah Menguat, Pemerintah dan BI Harus Tetap Antisipatif

Oleh

Fakta News
Pemerintah dan BI
Rupiah menguat perkasa(Ilustrasi)

Kendati nilai tukar rupiah menguat sejak awal pekan ketiga November 2018, pemerintah dan BI (Bank Indonesia) harus tetap antisipatif. Nilai tukar valuta masih akan fluktuatif, karena pasar uang terus dibayang-bayangi oleh rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), menaikkan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate (FFR), hingga tahun 2019 mendatang.

Akhir pekan kedua November 2018, rupiah digambarkan sebagai valuta paling perkasa di Asia karena mengalami penguatan sampai 70 poin, atau 0,48% terhadap dolar AS. Pada Jumat (16/11), nilai tukar rupiah sudah memasuki level Rp 14.595 dan Rp 14.665.

Proses penguatan nilai tukar rupiah saat ini tentu tak bisa dilepaskan dari langkah BI menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%, belum lama ini. Namun, proses penguatan rupiah saat ini diasumsikan temporer.

Rupiah – dolar AS, pada dasarnya belum menemukan keseimbangan baru. Terutama karena Fed masih akan menaikkan bunga acuan ke level 3,25 persen hingga 2019, dari posisi dua persen saat ini.

Baca Selengkapnya

BERITA

Mencaci Maki Sekulerisme Tanpa Memahami Maknanya

Oleh

Fakta News

Sudah terjadi berlangsung lama kesalahan dalam pemahaman tentang apa makna sekulerisme. Namun sebagian justru memelesetkan pengertian sekuler dan menjelaskan pada orang yang nggak mengerti. Sekulerisme seolah-olah ingin membuat orang Islam tidak berpolitik. Hal ini tidaklah benar.

Sekulerisme itu adalah konsep yang memisahkan agama dengan kekuasaan politik atau negara, khususnya pada negara bangsa (nation state). Kalau di negara teokrasi mungkin agama dan politik kekuasaan negara bisa saja disatukan. Sayang negara agama yang murni di dunia itu tidak ada.

Islam pada waktu Nabi hidup dan kekhalifahan paska wafatnya Nabi mungkin bisa disebut “negara agama atau negara Islam”. Namun setelah itu “Eksperimen Kekuasaan di Madinah” dianggap gagal. Di Turki dicoba lagi dan juga gagal.

Negara Arab Saudi sendiri mengambil bentuk negaranya sebagai kerajaan dan bukan negara Islam, karena yang disebut dalam Quran adalah kerajaan. Pengertian khilafah berdasar Quran itu dimensi dan skalanya individual bukan dalam skala negara. Dan tatkala Nabi menjalankan eksperimen struktur kenegaraan di Madinah, luas Madinah sebenarnya hanya sebesar 2 kali Kecamatan Mampang.

Sekularisme tersebut dalam sub pemahamannya sering diartikan, yakni berarti pemisahan ambisi berkuasa/berpolitik (dalam kontek kekuasaan negara) dengan kewajiban orang dalam beragama. Nah kalau, dalam kontek negara, orang ingin agama dan kekuasaan disatukan itu tidak bisa dikatakan sekuler atau tidak sekuler. Tetapi penyatuan agama dengan politik (kenegaraan) demikian disebut totaliterianisme agama. Inilah yang dianut HTI, karena itu mereka juga anti demokrasi!

Baca Selengkapnya

BERITA

Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI?

Oleh

Fakta News
Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI ?
Gus Yaqut(Foto: Istimewa)

Berikut tulisan Ayik Heriansyah yang diberi judul Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI. Tulisan Ayik ini mencoba menafsirkan perspektif Gus Yaqut terkait video yang beredar di media sosial.

Seperti diberitakan, GP Ansor, induk dari Banser, angkat bicara soal itu. Ia menyatakan pembakaran sebenarnya dilakukan pada bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sekaligus untuk menjaga kalimat tauhid.

Baca Juga:

Gus Yaqut alias Yaqut Cholil Qoumas selaku Ketua Umum PP GP Ansor menyampaikan persepktifnya terkait kejadian ini. Ia bilang anggotanya melihat bendera tersebut sebagai simbol bendera HTI, ormas yang sudah dibubarkan pemerintah.

Gus Yaqut: Dosakah Membakar Bendera HTI ?

Bendera hitam putih yang kerap dibawa aktivis HTI merupakan simbol gerakan pemberontakan (bughat) terhadap daulah Islamiyah (NKRI). Itulah bendera Khilafah ala HTI yang terinspirasi oleh hadits-hadits Nabi Saw tentang liwa rayah. Liwa rayah merupakan bendera simbol kenegaraan kaum muslimin pada hubungan internasional saat itu. Di Indonesia umat Islam sepakat menggunakan bendera Merah Putih sebagai simbol kenegaraan mereka. Itulah liwa rayah kaum muslimin di Indonesia. Bendera pemersatu umat dari Sabang sampai Merauke.

Sebagai muslim/muslimah yang memiliki KTP, SIM dan Buku Nikah NKRI, makan minum, menggunakan mata uang Indonesia fasilitas jalan, bandara, pelabuhan, sekolah, rumah sakit, dsb udah seharusnya aktivis HTI mengusung bendera Merah Putih. Liwa rayah kita semua. Toh Nabi Saw sendiri tidak memerintahkan umatnya menggunakan liwa rayah hitam putih yang bertuliskan dua kalimat syahadat. Bukankah semua hadits tentang liwa rayah hanya bersifat khabariyah informatif tanpa ada qarinah (indikasi) wajib menggunakannya. Sesungguhnya Nabi Saw sudah tau, perihal bendera negara diserahkan kepada sepenuhnya kesepakatan umatnya.

Aksi pamer bendera HTI di wilayah NKRI menimbulkan kegaduhan, fitnah dan memecah belah umat Islam. Bukan hanya NU, Ansor dan Banser, ormas Islam lainnya pembentuk NKRI risih dengan bendera HTI. Sudah pasti tujuan HTI mendirikan Khilafah Tahririyah termasuk bughat. Setiap kegiatan dan atribut yang mengarah kepada bughat dihukumi haram. Sesuai kaidah ushul fiqih yang juga diadopsi HTI yang berbunyi: al-washilatu ila harami muharramah aw haramun.

Langkah-langkah Banser menindak peragaan bendera HTI tidak lain dan tidak bukan demi menjaga persatuan dan kesatuan umat, bangsa dan negara. Yang demikian itu sesuai dengan maqashidusy syariah yakni hifdzul umat, mujtama wa daulah. Inilah esensi dari penerapan syariah.

*Utsman Membakar al-Qur’an*
Pada saat terjadi perang irminiyah  dan perang adzrabiijaan, Hudzaifah Ibnul Yaman yang saat itu ikut dalam dua perang tersebut melihat perbedaan yang sangat banyak pada wajah qiraah beberapa sahabat. Sebagiannya bercampur dengan bacaan yanag salah. Melihat kondisi para sahabat yang beselisih, maka ia melaporkannya kedapa Utsman radhiyallahu ‘anhu. Mendengar kondisi yang seperti itu, Utsman radhiyalahu ‘anhu lalu mengumpulkan manusia untuk membaca dengan qiraah yang tsabit dalam satu huruf (yang sesuai dengan kodifikasi Utsman). (lihat mabaahits fi ‘ulumil Qur’an karya Manna’ al Qaththan: 128-129. Cetakan masnyuratul ashr al hadits).

Setelah Utsman radhiyallahu ‘anhu memerintahkan kepada sahabat untuk menulis ulang al Qur’an, beliau kemudian mengirimkan al Qur’an tersebut ke seluruh penjuru negri dan  memerintahkan kepada manusia untuk membakar al Qur’an yang tidak sesuai dengan kodifikasi beliau. (lihat Shahih Bukhari, kitab Fadhailul Qur’an bab jam’ul Qur’an, al Maktabah Syamilah)

Baca Selengkapnya