Connect with us

Pemecah Teori Penembus Perut Bumi

Yogi Ahmad Erlangga(foto : dakwatuna.com)

Minyak dan gas (migas) bumi, adalah energi kehidupan yang selama ini amat dibutuhkan manusia di kolong jagat ini. Di balik semua bahan bakar minyak (BBM) yang tinggal digunakan, terdapat kerumitan luar biasa mulai dari eksplorasi hingga eksploitasi. Butuh dana tak sedikit untuk menemukan sumber migas.

Utak-atik rumus persamaan Helmholtz oleh Yogi Ahmad Erlangga, membuka pintu baru menemukan migas. Helmholtz adalah persamaan diferensial parsial tipe eliptis yang melibatkan variabel ruang dan mempertimbangkan masalah nilai batas. Persamaan yang ditemukan fisikawan Jerman itu, Herman Ludwig Ferdinand von Helmholtz, banyak diaplikasikan pada bidang migas. Rumus ini digunakan sebagai teori dasar kelistrikan Bumi dengan menyuntikkan arus listrik ke dalam perut Bumi secara rapat sehingga menembus semua elemen.

Kini, dengan rumus karya Yogi, waktu dan biaya sudah dapat dipangkas. Kecepatannya sampai 100 kali lipat dari alat seismograf—pengukur getaran dan penangkap sinyal—yang ada saat ini. Butuh waktu empat tahun, 2001–2005, untuk memecahkan rumus yang telah “membeku” selama 30 tahun itu. Sebelumnya, ada ilmuwan dari Swiss dan Israel, Mike Giles dan Turkel, yang membongkar keruwetan persamaan Helmholtz tersebut.

Temuan ini tentu saja mengubah segala perhitungan yang sudah uzur dalam pencarian migas di darat dan laut. Sistem seismologi yang menggunakan pemantulan gelombang elektromagnetik selama ini hanya memotret dua dimensi. Kemudian, hitungan itu meningkat menjadi tiga dimensi, tetapi kecepatan dan akurasinya rendah. Ini berimplikasi terhadap data yang dapat dibaca sehingga memerlukan waktu yang cukup lama. Secara sederhana, teori baru milik Yogi dapat meningkatkan kemampuan pengindraan dan perhitungan serta pengolahan numerik oleh sistem jaringan komputer.

Para ahli geologi dan geofisika memetakan formasi, umur, kandungan mineral, fosil, geokimia, susunan lapisan (stratigrafi), sedimentasi, dan struktur geologi batuan. Pekerjaan itu tentunya tak bisa dilakukan secara kasat mata. Jika di darat, mereka menggunakan seismograf. Apabila medannya laut, pilihannya ada dua; peledakan dinamit dan pemberian tekanan tinggi pada dasar dengan air gun. Semua itu masih dalam kerangka tebak-tebakan. “Harus ribuan kali survei untuk satu daerah,” terang Yogi.

Pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu pun mencoba menantang rumitnya persamaan Helmholtz yang menjadi dasar rumus pencarian minyak di perut Bumi itu. Penelitian semacam ini sebenarnya selalu dihindari oleh para ilmuwan karena keruwetannya. Namun, tidak bagi Yogi. Ia mampu membongkar segala kejelimetan itu dengan teori-teori sederhana yang sudah ada. Dasarnya, Yogi hanya menggunakan persamaan diferensial, lalu mengubah persamaan Helmholtz ke dalam persamaan linear aljabar. Walhasil, ditemukanlah dua metode, yakni langsung dan iterasi (berulang-ulang).

Kedua metode itu rupanya memiliki kelebihan dan kelemahan. Perlu adanya penyesuaian situasi dengan perhitungan risiko terendah. Secara umum, metode langsung dan iterasi memakan waktu lama dan tetap memunculkan hambatan. Namun, iterasi masih mampu menekan biaya karena peranti keras yang digunakan sedikit. Jika biasanya memerlukan 1.000 komputer, dengan menggunakan teori baru jumlah komputer yang dibutuhkan menjadi hanya 300 unit. “Yang pasti selalu lebih murah,” ungkap pria kelahiran Tasikmalaya itu.

Pada titik ini, kuncinya adalah suara (akustik) dan tingkatan frekuensi. Perusahaan migas dunia rata-rata meneliti suatu wilayah dengan menaikkan secara bertahap frekuensinya. Biasanya dimulai dari 10 Hz dan maksimal 20 Hz. Itulah batu sandungannya karena sulit menangkap getarannya. Padahal, pendeteksian perambatan suara itu penting untuk mengetahui berbagai elemen yang terkandung dalam perut Bumi. “Ketika dinaikkan, persamaan Helmholtz semakin sulit diselesaikan,” tuturnya.

Yogi pun tak patah arang menghadapi sejumlah tembok penghadang. Ia kemudian mengombinasikan metode Robust yang mempersempit ruang masalah atau galat (sesatan atau pengotor data). Jadi, frekuensi dapat dinaikkan hingga angka berapapun yang sudah diuji hingga 300 Hz. Ini sudah melebihi frekuensi yang baik untuk pemetaan isi perut Bumi, yakni 70 Hz.

Untuk Kepentingan Bersama

Teori baru dalam kehidupan manusia, terutama bidang teknologi, adalah peluang ekonomi. Apalagi, ini ternyata memberikan jalan pintas bagi lingkaran bisnis yang perputaran fulusnya paling besar di dunia. Perusahaan-perusahaan migas jelas akan sangat terbantu mengingat harga minyak dunia kerap naik-turun. Mungkin harga yang pernah sempat berada di bawah U$30 per barel adalah gambaran nyata betapa mereka membutuhkan alat atau teori pemangkas biaya produksi. Mungkin temuan Yogi ini adalah salah satu jawabannya.

Namun demikian, pria berjanggut itu bukanlah seorang yang egois juga mudah silau dengan uang. Tak sedikit pun terpikir untuk mematenkan teori baru ini. Padahal, manfaatnya sudah barang tentu akan meningkatkan pendapatan baron migas dunia. Pemikirannya sederhana. Ia tak ingin mengunci manfaat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi, temuannya dapat digunakan siapapun secara gratis baik, untuk keperluan bisnis maupun penelitian. “Mematenkan hanya akan menghambat riset selanjutnya,” katanya.

Penggunaannya pun, memang tak terbatas untuk eksplorasi migas. Yang pasti industri yang berkaitan dengan gelombang dapat mengaplikasinya, seperti penerbangan, radar, kapal selam, laser, hingga penyimpanan data: blue ray disc. Sempat ada yang mengganjal terkait pertanyaan beberapa pihak mengenai dana yang diduga, akan mempengaruhi kepemilikan hak cipta temuannya ini. Penelitian ini dilakukan di Delft University of Technology, Belanda dan dibiayai oleh salah satu anggota The Seven Sister, Royal Dutch Shell. “Yang melakukan universitas sehingga rumus ini milik publik,” tegasnya.

Dosen Teknik Penerbangan itu, sudah banyak menyabet penghargaan atas karyanya, salah satunya VNP-NCW Scholarship dari Dutch Chmaber of Commerce. Ruang mengajarnya pun sampai ke Alfaisal University, Riyadh, Arab Saudi. Ia belum surut untuk berkarya, khususnya meneliti dunia aeronotika dan astronotika, biomekanik, juga perminyakan. Selain itu, mendorong Indonesia sebagai pusat informasi teknologi, seperti India.”Kemiskinan bukan berarti tidak bisa berkembang,” pungkasnya.

Tak heran bila kemudian banyak orang menyebut Yogi berhasil mengulang kesuksesan Ir. H. BJ. Habibie yang dulunya menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi perambatan retak dan kini banyak digunakan oleh negara negara maju termasuk NASA di Amerika.

Yogi sendiri—yang saat menjadi dosen di Kazakhstan—bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla belum lama ini. Saat itu, Wapres Jusuf Kalla didampingi Ibu Mufidah serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir juga Wakapolri Komjen Pol Syafruddin melakukan lawatan ke Kazaksthan dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja sama Islam (KTT OKI) bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari sejak 10-11 September 2017 ini juga dihadiri sejumlah kepala negara anggota OKI.

Dalam kesempatan itu Yogi menyampaikan kepada Wapres bahwa pemerintah di Kazakstan saja memberi perhatian besar pada pendidikan. Ia pun berharap agar pemerintah makin memperhatikan pendidikan di Indonesia.

“Tingkat pendidikan di sini tinggi, mahasiswa sangat semangat untuk belajar. Saya dan mahasiswa sama-sama belajar karena mereka kreatif sehingga dosen juga berkembang,” katanya. “Saya berharap pendidikan di Indonesia terus berkembang dan pemerintah terus berupaya memperbaiki dunia pendidikan termasuk dengan memperkuat pendidikan karakter,” katanya lagi, Sabtu, (9/9) lalu

W. Novianto

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Tinggalkan Microsoft Demi Membangun Kampung Halaman

Oleh

Fakta News
Choirul Amri Tinggalkan Microsoft demi bangun Desa Kuniran di Ngawi
Choirul Amri(Foto: Dok. Pribadi)

Sebenarnya, mimpi Muhammad Choirul Amri sudah tercapai ketika bekerja di Microsoft pada 2013 lalu. Tapi ia malah memutuskan keluar dari perusahaan itu untuk membangun kampung halamannya, Desa Kuniran, Ngawi, Jawa Timur.

Ya, hal ini spontan saja mengundang tanya dari banyak orang? Apa yang dipikirkan dia? Apalagi Microsoft adalah perusahaan global ternama.

Mengapa dirinya lebih memilih berjuang membuat kampungnya itu menjadi desa wisata?

Choirul tak sedang bercanda. Saking seriusnya, ia berencana untuk mengintegrasikan Embung Kuniran, Cagar Budaya Lumbung Padi, sanggar karawitan setempat, dan peternakan kambing.

Baca Juga:

Area-area tersebut dapat menjadi tujuan wisatawan lokal dan mancanegara untuk merasakan kehidupan asli desa Indonesia atau hanya sekadar berswafoto.

Kata dia, persoalan di kampungnya itu sebenarnya sederhana. Ia pun mengaku menemukan hal itu saat dirinya membantu budidaya lele.

Menurutnya, warga desa memiliki kemampuan untuk mengembangkan desa. Tetapi mereka tidak memiliki pendamping dan pengawas yang dapat memberikan masukan atas apa yang harus dilakukan.

Hingga akhirnya pada Oktober 2017, ia bersama warga membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis). Kelompok itu berkomitmen untuk memperbaharui tampilan Desa Kuniran.

Nah, salah satunya dengan membuat menara untuk swafoto di Embung Kuniran, salah satu aset utama desa tersebut.

Choirul Amri kaget. Warga ternyata antusias dan mampu mengumpulkan dana sendiri. Mereka juga membangun menara itu dengan keterampilan sendiri.

Choirul pun akhirnya resmi mendirikan Rumah Inspirasi Nusantara pada Januari 2018. Rumah tersebut merupakan wadah kegiatan pemberdayaan masyarakat dan desa yang dilakukan di Ngawi.

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggerak Literasi dengan Aplikasi dan Taman Baca di Malang

Oleh

Fakta News
Santoso Mahargono dan GO READ
Santoso Mahargono(Foto: Istimewa)

Foto itu mungkin terpasang di salah satu dinding rumahnya. Foto saat dirinya diundang Presiden Joko Widodo untuk makan siang di Istana Negara. Momen itu pun jadi yang tak terlupakan bagi Santoso Mahargono, si pelopor GO READ.

Ya, kegigihannya dalam menggerakkan literasi membuahkan hasil. Pendiri sekaligus Ketua Forum Komunikasi Taman Baca Masyarakat Malang Raya ini mendapat apresiasi tinggi dari Presiden Jokowi.

Bahkan Santoso berkesempatan mengikuti sidang tahunan MPR dan DPR serta upacara bendera 17 Agustus di Istana Negara.

Baca Juga:

Adapun soal undangan makan di Istana ia dapatkan setelah mengikuti pemilihan pustakawan berprestasi tingkat nasional. Saat itu, juara 1, 2 dan 3 diundang Presiden untuk makan siang bersama teladan-teladan lainnya, termasuk Paskibra dan Paduan Suara Gita Bahana.

Dalam gelatan yang digelar pada 9-19 Agustus di Jakarta, Santoso Mahargono mendapatkan juara II mewakili Provinsi Jawa Timur. Programnya membawanya terpilih mewakili Provinsi dengan menyisihkan 18 peserta lainnya.

Adapun program yang ia gagas adalah GO READ, layanan penyedia buku bagi masyarakat, utamanya yang berada di daerah pelosok Malang Raya. Kegigihannya di bidang literasi dihargai tinggi.

Sebelumnya, Santoso sendiri sudah mendapatkan penghargaan hingga diundang Mantan Gubernur Soekarwo yang dulu masih menjabat di Jatim.

Baca Selengkapnya

BERITA

Pembalap Jogja Hasil Didikan Valentino Rossi

Oleh

Fakta News
Galang Hendra Pratama Hasil didikan Rossi
Galang Hendra Pratama

Pecinta balap motor boleh saja mengidolakan pembalap internasional macam Valentino Rossi. Namun Indonesia sebenarnya juga punya pembalap yang diidolakan. Dia adalah Galang Hendra Pratama.

Pebalap muda asal Yogyakarta ini digadang-gadang bisa mengharumkan Indonesia. Jalannya disebut-sebut tengah menuju ke sana.

Tanda-tandanya pun perlahan terlihat. Galang menjadi pebalap pertama Indonesia yang juara dalam salah satu seri Kejuaraan Dunia Supersport 300 (300-600 cc).

Tepatnya di Kejuaraan Balap Motor Dunia Superbike, yakni di Sirkuit Jerez, Spanyol, tahun lalu. Ia juga menang di Sirkuit Automotodrom Brno, Ceko, Juni tahun ini.

Baca Juga:

Apresiasi pun berdatangan. Termasuk Muhammad Abidin, General Manager Divisi Pascapenjualan dan Departemen Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor MFG yang merupakan tim pendukung Galang di Superbike.

”Ini hasil luar biasa karena Galang bersaing dengan pebalap-pebalap terbaik dari negara yang memiliki sejarah balap motor yang kuat, seperti dari Eropa dan Amerika Serikat (AS),” katanya.

Perlu diketahui, Galang adalah pebalap Indonesia yang paling dekat dengan kejuaraan balap motor paling bergengsi di dunia, MotoGP.

Pasalnya, kini ia sedang berkiprah di Kejuaraan Dunia Supersport 300, kelas terendah dari empat kelas yang dipertandingkan Superbike.

Tiga kelas di atasnya ialah Kejuaraan Dunia Superbike, Supersport, dan Piala PIM Superstock 1000.

Kejuaraan Superbike tersebut memiliki popularitas yang hanya kalah dari MotoGP. Umumnya, pebalap yang sukses di Superbike akan beralih ke MotoGP.

Sebut saja seperti Colin Edwards (Amerika Serikat) dan Nicky Hayden (Amerika Serikat). Nah, Galang punya prestasi cukup gemilang di Superbike.

Baca Selengkapnya