Program CSR Berkelanjutan Pertamina untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
Jakarta – Isu keberlanjutan saat ini menjadi perhatian utama perusahaan besar salah satunya melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).
Menurut Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) Syahrial Mukhtar saat ini, konsep dan pelaksanaan CSR makin berkembang di Indonesia. Hanya saja pemahaman kalangan dunia usaha tentang konsep CSR masih beragam. Namun yang terpenting, agar masyarakat bisa merasakan hasil yang maksimal dari kegiatan CSR, maka kegiatan itu harus berkelanjutan (sustainable).
“Tantangan dalam program-program CSR memang adalah masalah keberlanjutan atau sustainability. Kita tidak ingin memberikan program CSR tahun ini, tapi tahun depan hilang,” ungkap Syahrial ketika menjadi pembicara dalam Pertamina Energy Forum (PEF) 2017, di hari kedua pada sesi kedua di Jakarta, Rabu (13/12).
Dalam menjalankan program CSR, Syahrial melanjutkan, perseroan akan memastikan program tersebut berjalan meski tahun berganti, salah satunya lewat pendampingan masyarakat.
Sebagai contoh, Pertamina telah menggelar program Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) yang merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui desa binaan yang bertujuan untuk meningkatkan IPM (Index Pembangunan Manusia).
Dalam implementasinya program KEM juga mengikutsertakan kalangan akademisi dari Dosen Perguruan Tinggi setempat untuk menyusun konsep strategis KEM serta mendampingi masyarakat agar KEM berjalan secara terintergrasi dan sinergis dengan tujuan Pertamina untuk mencerdaskan dan mensejahterahkan masyarakat.
“Ini kita kawal selama dua hingga tiga tahun,” ujarnya.
Komitmen Pertamina dalam menjalankan program sosial yang berkelanjutan pun turut diakui oleh Tri Mumpuni, penggagas Patriot Energi. Menurutnya, sebagai perusahaan negara, Pertamina mampu menjalankan terutama dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan energi berkelanjutan.
Patriot energi adalah Program Kementerian ESDM untuk para sarjana dari seluruh universitas di Indonesia untuk membantu pemerintah melistriki daerah-daerah yang merupakan remote area. Kebanyakan daerah tersebut merupakan daerah yang berada di timur Indonesia.
Praktisi Manajemen sekaligus Founder Rumah Perubahan Rhenald Kasali mengatakan sudah menjadi kewajiban bagi sebuah perusahaan besar sekelas Pertamina untuk berinvestasi dalam gagasan inovasi dan teknologi yang berkelanjutan.
Ia mengungkapkan saat ini banyak temuan penting yang bermula dari gagasan dan mampu menggerakan ekonomi secara signifikan. Sebagai contoh penemuan dalam teknologi saat ini telah memberikan perubahan bisnis dari konvensional ke digital.
“Ekonomi dunia saat ini memberikan keleluasaan kepada kita untuk menciptakan pemerataan, kita perlu pikirkan karena saat ini kita diberikan kesempatan untuk sama rata dan hidup lebih baik,” ujarnya.
Nyong Syarief
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: