Rosario dari Gilisempang
Oleh Nila Oktaningrum
+ Aku mencuri rosario berwarna biru dari gerejamu…bersama gadis-gadis lainnya.
Dulu, waktu perayaan Misa Ekaristi pertama di Gereja sekolah kita.
Aku yang menyimpan nya di saku rok seragamku. Apakah Tuhanmu akan marah?
(suara tawa yg lembut dan renyah membuat mata sipit lelaki itu semakin menghilang)
– Tentu saja Tuhanku akan segera mengampuni. Aku rasa Tuhanmu pun akan berbuat yang sama, karena kita masih kanak-kanak.. masih remaja belia.
+ Kami gadis-gadis non-katolik yang tidak ikut ritual misa kalian, asik bercanda di barisan bangku belakang Gereja, dan bertaruh siapa yang paling berani mencuri rosario terindah di Gereja..
Pilihan mereka jatuh padaku…
– Pastor kami mengetahuinya.. Bukankah para suster akhirnya “menghukum”mu saat itu?
Meski kau tak diberitau mengapa kau diberi tugas menyulam dan berdoa selama seminggu…?
(Gigi gingsul nya nampak manis saat dia tertawa kecil)
+ Bagaimana kau tau? Bukankah itu dirahasiakan di sekolah? Aku menghabiskan berjam- jam waktu sepulang sekolah di beranda susteran dengan menghayati belajar menyulam dan merajut dalam diam. Suster Bernadhette menyuruhku berdoa dalam hati.
Aku kemudian belajar merajut sambil bertasbih, bertahmid dan bertakbir, karena aku tak pandai berdoa…
(Perempuan itu tertunduk, sambil membenahi lipatan kerudung hijau mudanya)
+ Aku tau.. Karena begitulah cara kami ‘dihukum’… Kau begitu beruntung mendapati sendiri saat-saat teduhmu di susteran saat usiamu demikian belia…
(Tangan lelaki itu terangkat akan menyentuh ujung kerudung kekasihnya, namun diurungkan kembali)
– Tuhanku pasti marah besar waktu itu, agamaku melarang kami merusak tempat peribadatan agama lain, juga jelas2 kami dilarang mencuri.. Jika usia dewasa, di negara seberang, aku sudah kehilangan tanganku karena tindakan memalukan tersebut. Mereka akan menghukum pencurian dengan menghilangkan tangan.
(Ia mengedikkan bahu krn merasa tidak nyaman dan gelisah…)
– Apakah kau tidak lebih takut saat ini…?
(ia mencari cari jawaban di wajah kekasihnya..)
+ Aku takut..
– Namun mengapa kau datang juga menjawab kerinduanku ke bangku taman ini..?
(Airmata mulai merebak saat perempuan ini tercekat menjawab)
+ Aku tidak pernah berhenti mencintaimu…sejak mereka mentertawakan cinta kita sebagai cinta monyet.. Hingga detik ini.. Saat usia kita tak lagi muda.. Aku tidak pernah bisa menemukan cinta seperti ini…
Suara anak-anak bermain bola di kejauhan, deru motor dan mobil di jalan raya, tiba-tiba demikian jelas dalam keheningan…
Deretan kebun anggrek milik petani berselingan dengan sederet perumahan mewah.. Yang dulunya adalah kebun-kebun sayur milik penduduk asli.
Mereka berdua menghela nafas…
– Apakah kau ingat kita bersepeda menyebrangi sungai kecil, kebun-kebun bayam dan selada
Di seberang sekolah kita? Lalu menuju saung di ujung ladang di bawah pohon Asam Jawa..?
+ Ya aku ingat… Rok sekolahku kotor, dan basah terkena air solokan penyiram sayuran…
Aku tak mungkin lupa, karena itu adalah kali pertama kita bergenggaman tangan..
(Suara gugup dan malu terdengar jelas..)
Lelaki itu merapatkan duduknya dan menghadapkan wajahnya pada kekasihnya..
– Berapa usia kita waktu itu? Muda sekali ya… 13 atau 14 tahun? Aku terpaksa menggenggam tanganmu karena kau ketakutan dan akan menangis..
Rok mu basah dan seragam sekolahmu kotor kena lumpur.
+ Sungguh ganjil memikirkan bahwa hal-hal sepele dan sangat sederhana bisa membuat ketakutan seorang anak. Yaa aku sangat takut waktu itu, aku takut guru-guru dan Suster Kepala memergoki kita, dan aku takut kena marah ibuku..
– Akupun ketakutan waktu itu.. Jika kita terlihat berdua di dangau, kita akan dihukum berat di sekolah, dan kau akan dipukuli lagi oleh ibumu..
(Kali ini diberanikan nya tangannya mengusap lembut bahu kekasihnya..)
Ia beringsut..menjauh, karena kaget dengan sentuhan halus tiba-tiba dari kekasihnya, namun hatinya tak bisa berbohong.. Puluhan tahun tidak membuat ia kebal pada sentuhan kekasihnya. Selalu setiap kali mereka bersentuhan, dadanya dipenuhi gelombang pasang samudera saat purnama,
batinnya bergetar….
Ia memejamkan mata, menguatkan hati dan memohon kekuatan bagi kerapuhannya…
Angin lembab mengisi ruang-ruang diantara pepohononan di taman itu..
Di seberang mereka nampak Gereja Sekolah mereka dulu.
Di Kampung Gilisampeng Tempat mereka kini kembali bertemu
Seekor kupu2 bergoyang mengikuti helaan bunga cosmos yg tertiup angin ringan…
– Aku memintamu datang utk berpamitan..
Aku ingin mengucapkan selamat tinggal..
(Lirih suaranya menyebabkan lelaki itu seperti mengeluarkan nada yang ganjil….oh atau apakah itu suara tertahan dari seorang lelaki yang akan menangis?)
+ Apa maksudmu..?
(Dengan gelisah ia memberanikan diri memandang wajah kekasihnya)
Setiap tahun sejak mereka berpisah sekolah, taman ini menjadi tempat pertemuan mereka.. perjalanan hidup yang memisahkan mereka, membuat perjumpaan kian sulit dan perlahan menyurut menjadi perjumpaan setiap tahun yang mereka nanti-nantikan.
sekali dalam setahun, mereka akan mencari alasan agar bisa datang dan bertemu disini.
Di Kota masa kanak-kanak mereka dibesarkan.
Setiap sore di Tahun Baru Masehi.
Bangku taman ini telah berganti model, letak, warna dan corak berkali kali..
Namun keduanya setia datang menepati janji masing2..
– Kasih..Aku tidak mungkin bertahan disini..aku harus pergi.. Usiaku tak lagi muda.. Aku tak pernah berhasil menemukan hidupku sampai saat ini…aku harus berusaha mencari jalanku sendiri.
(Ia menghela nafas dengan berat)
Terisak-isak dalam airmata yang hangat menderas, Ia beringsut kembali mendekat pada lelaki yang sangat dikasihinya…
beban di dadanya demikian berat, ia merasa bersalah,
ia merasa menjadi penyebab kedukaan…
+ Sayang…aku tau betapa egoisnya aku.. Mencari dan menemukan hidupku sendiri.. Meski terhempas dan terus bertahan..
Bersikeras memilih jalanku..
Tidak berjalan di sisimu…
+ Namun mengapakah Dia tidak mencabut saja kehadiran Cinta dalam hatiku padamu?
Mengapa cintaku padamu tak kunjung padam?
Apakah dayaku? Dapatkah kita membunuh perasaan paling utama yang mempengaruhi hidup kita sebagai manusia? Dapatkah kita membunuh cinta..?
Sore yang tiba-tiba sunyi…
Lelaki itu menangkupkan kedua tangannya pada wajah. Kedua tangannya tampak lebih putih dari biasanya…
– Kasih.. Jika aku sanggup membunuh cinta yang ada di hatiku dan hatimu, aku akan melakukannya, aku akan membunuh cintaku dan cintamu sekaligus…,
agar engkau terbebas dari derita ini..
Dan biarkan setelah itu aku mati karena seluruh jiwaku telah ikut tercabut besama cinta kita..
Tapi aku seorang pengecut..
– Aku tak bisa membunuh cintaku padamu..
Ratusan atau ribuan orang pernah melewati jalan takdir yang kini kita lewati ini.
Mereka yang memilih bersama
Mereka yang memilih berpisah
Mereka yang memilih berdamai dengan jalan mereka masing-masing
kita tidak memilih satupun..
Perempuan itu mengangkat wajahnya, menatap kekasihnya dengan hampa melalui bola mata yang sayu dan kelelahan..
(Dulu mata itu demikian berkilau cemerlang penuh harapan)
+ Sayangku..Apakah tahun demi tahun yang kita habiskan dalam cinta yang absurd ini bukan merupakan dosa pada diri kita sendiri…?
Maafkan aku tak bisa mengikutimu..
Meski cintaku padamu membuatku tak ingin hidup lebih lama
Namun cintaku padaNya yang menyalakan harapan
Bahwa kelak aku akan meminta padaNya,
Agar mengijinkanmu menemaniku meski hanya sesaat di Surga..
– Apakah Surgamu menerima aku? Aku pendosa yg tinggal di nerakamu… Dan engkau jiwa yang harus melewati api pensucian di neraka-ku..
Surgaku akan menolakmu
Seperti hal nya Surgamu menolak aku…
(Senyum pahit itu bukan yang pertama mereka perlihatkan)
+ Apakah Tuhan boleh digugat? Bukankah Dia Maha Adil dan Maha Pembela..?
Jika aku taat dan takwa padaNya, kelak aku tidak meminta apa-apa padaNya di akhirat..
kecuali hari-hari bersamamu, mereguk semua bejana cinta kemudian setelah itu
aku rela menjadi tiada..
Aku tidak tertarik pada taman keabadian, tanpamu serta di dalamnya..
– Menurutmu, Tuhan siapakahkah yang telah mengutuk kita dengan cinta yang begini perih? Hingga kita tak berdaya menjalani hidup tanpanya?
+ menurutku, Tuhan yang manakah yang berbaik hati, meminjamkan kita sedikit dari Cinta milikNya di hati kita? Hingga demikian tak berdayanya kita menjalani hidup tanpanya..?
Keduanya kembali diam…
Ketika perlahan kedua tangan saling mencari dalam genggaman..
Semua perjalanan derita,
Sesaat seolah sirna
Kelembutan
Kehangatan
Aliran darah bersorak ria berlarian di pembuluh semesta ..
Pengakuan
Penyatuan
Lelaki itu yang pertama mengeratkan genggaman..
Seolah melalui jaringan kulit manusia yang tipis, pembuluh darah yang bersilangan dan jutaan dendrit yang mengembara, mereka saling bicara dan menyatukan cinta..
– Aku menyerah, Kasih..
Aku tak sanggup bertahan dalam jalan penuh kutukan ini..
Kita tak mungkin bersama di dunia..
Aku pun meragukan kita akan bersama si Surga..
Mungkin Tuhan kita tengah bertanding, masing-masing menguji bidaknya yang paling kuat untuk keluar sebagai pemenang.
Mungkin kini Tuhanmu yang menang
Karena aku tak sanggup melanjutkan permainan…
Tertegun dan kaget dengan kata-kata kekasihnya yang demikian pahit, ia membalas erat genggaman tangan kekasihnya..
(Sekali ini saja…oh Tuhan sekali ini saja..)
+ Tidak..tidak… Dengarkan aku Sayang.. Dengarkan aku…
Apakah kau tidak mau merenungkan, bahwa ada kemungkinan bahwa Tuhan kita adalah sama…?
Jika Dia meminjamkan sekerat CintaNya padaku, yang demikian serupa sebanding dan seberat dengan keratan yg Dia berikan pada hatimu, bukankah lebih mungkin Ia adalah Tuhan yang sama…?
Suara titik-titik air hujan yang perlahan turun satu satu sebutir demi sebutir menyentuh bangku kayu dan dedaunan…Membuat keduanya menengadah ke langit dan menyadari, pertanda waktu yang sempit yang mereka nikmati harus segera usai..
– Pilihan manapun bagi kita… Selama kita bertahan di jalan kita masing masing, kita tak akan bahagia… ini adalah tahun ke 20 bagi kita bersama dalam perzinahan batin yang menyiksa…
Aku memutuskan untuk pergi, biarkan titian tak berujung ini patah…
menenggelamkan aku bersama seluruh cintaku…
+ Apakah kepergianmu akan membuatmu mati dan melupakan aku…?
– Aku tidak tau…
Sungguh tidak tau
Kepergianku adalah juga bukti cintaku pada Tuhanku.
Dia mengorbankan segalanya bagiku dan bagi seluruh manusia…
Dia menerima penghinaan, derita, siksaan tak terperi
dan penyaliban..
PenebusanNya terasa terlalu berat buatku,
aku malu menanggungkan semuanya seumur hidupku..
Aku akan mengabdikan jiwaku yang kotor ini melalui ziarah abadi di jalanNya..
+ Apakah itu artinya kita tak akan pernah bertemu lagi?
– Ya Kasih…berat sekali harus kusampaikan inilah pilihanku, aku tak akan bisa lagi menatap matamu yang selalu penuh cinta…
+ Apakah kau akan pergi jauh?
– Ya aku pergi sejauh yang aku bisa… Agar aku bisa menjalani penebusanku sendiri…
Aku berdoa, perjalanan ziarahku akan cukup bagi penebusan dosa kita berdua.
Hening…
+ Aku berharap cintaku mati dengan kepergianmu..
Aku berharap jiwaku juga mati dengan kepergianmu..
Aku berharap pinjaman cinta ini terlunasi dan aku akan menanti saat terakhirku menagih janji pada Tuhanku..
(Nada getir dalam suaranya jauh lebih mengiris, seolah suara malaikat yang kecewa)
Lelaki itu menahan pedih hatinya mendengar kata-kata kekasihnya…
jantungnya seolah ditikam belati setan, lagi dan lagi…
Tetes hujan mulai berkeretak
Butiran air yang memecah senja…
Perlahan ia mengambil seuntai manik-manik gemerlapan dari sakunya,
Sebuah rosario biru muda..
Kekasihnya terbelalak melihatnya…
– Rosariomu sangat mirip dengan yang kucuri di Gerejamu, ketika kita bersekolah…
+ ini memang “rosariomu”
– Maksudmu…?
+ Aku memilikinya sejak hari kau mengembalikan rosario ini ke Kapel Sekolah…
Selama lebih dari 20 tahun aku menggunakannya untuk berdoa..
Menderaskan Salam Maria dari pagi ke pagi
Agar Dia mengubah jalanmu, mengikuti jalanku..
Namun aku kini paham,
Jalanmu tidak bersamaku..
Bukan bersamaku..
Lelaki itu kemudian membuka tangan kekasihnya,
Meletakkan untaian manik-manik penuntun doa itu di telapak tangan perempuan yang tidak pernah sekalipun berhenti dicintainya.
– Sekarang ia menjadi milikmu. Aku menitipkan untaian doa ini padamu.
Jagalah…
Hingga hari akhir mempertemukan kita
Aku mencintaimu. Selalu.
(Tetesan airmata tanpa suara).
+ Apakah Tuhanmu tak akan marah..?
(Lelaki itu tertawa kecil penuh perih).
– Tentu saja Dia tak akan marah… Kurasa Tuhanmu pun tak akan marah… Kita terlalu tua untuk kena marah..
(Canda yang getir lagi, batin mereka berdua)
+ Aku mau dipeluk…
(Bagai suara malaikat menangis)
Perempuan itu bangkit terlalu segera dari bangku taman
Lelaki itu terkejut…
ia berdiri lalu memeluk erat kekasihnya…
Hujan menderas
– Kasih… Aku tak ingin melukai keyakinanmu.. Menodai Cintamu pada Tuhanmu..
Maafkan aku..
Perempuan itu lalu menjatuhkan dirinya dalam pelukan sang kekasih…
(Tuhan… Oh Tuhan…
Bertahun kujaga kesucianku, agar aku dapat menagih janji di hari akhir..
Agar aku dapat mencicipi sehari bersamanya kelak tanpa murkaMu…
Namun kini kukembalikan potongan cinta yang Kau pinjamkan padaku
karena aku tak sanggup menanggungnya hingga akhir hayatku..
Ijinkan aku menjadi malaikat yang berkhianat selama semenit dalam pelukan kekasihku…)
Suara anak-anak di kejauhan berlarian pulang karena hujan..
Suara geretak hujan di atap-atap rumah dan di pepohonan,
Langkah kaki orang orang yang berderap menghindari hujan.
Klakson mobil dan deru motor di jalan raya ujung kampung.
Semua terdengar bagai suara mimpi dan musik yang tanpa komposisi..
Keduanya tetap erat berpelukan
Di deras hujan keduanya meneteskan air mata..
Tak mungkin denyut bahagia dan perih yang menyatu demikian bertubi tubi di dada mereka, hadir tanpa campur tangan Tuhan..
Kutukan atau Pinjaman..
Mereka sudah tak lagi peduli
Surga atau neraka, mereka tak mau bertanya
Yang mereka yakini,
Surga mereka hadir
Meski hanya sesaat
Di taman yang terlantar
Di deras hujan yang mengaburkan pandangan
Di kampung yang sederhana
Dan entah mengapa
Mereka sangat yakin
Tuhan tengah tersenyum
melihat mereka…
Tuhan yang mana
Tuhan punya siapa
Mereka tak lagi bertanya…
¤ Gilisampeng, 22 Oktober 1991.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: