Seknas Jokowi Himbau Masyarakat Rasional Menyikapi Insiden Bendera Terbalik
Jakarta – Pembukaan SEA Games 2017 di Malaysia beberapa hari yang lalu masih menyisakan rasa amarah bagi bangsa Indonesia. Peristiwa tercetak terbaliknya logo bendera merah putih Indonesia pada buku panduan SEA Games tersebut merupakan sebuah kesalahan yang sangat fatal untuk event Internasional bagi bangsa-bangsa Asia Tenggara. Kesalahan yang sama kembali terulang pada koran terbitan Malaysia, bendera kebangsaan Indonesia juga tercetak terbalik pada sebuah halaman mengenai ulasan SEA Games.
Tentu saja hal ini membangkitkan amarah rakyat Indonesia, segala bentuk protes dan ekspresi pun ditumpahkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Bagi mereka hal ini bukanlah bentuk sebuah kelalaian melainkan sebuah tindakan provokasi nyata yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia. Dari demo sampai perang cyber pun dilakukan masyarakat Indonesia sebagai bentuk protes dan amarah. Bagi bangsa Indonesia bendera merah putih adalah simbol bangsa, sesuatu yang mewakilkan harkat derajat sebuah bangsa. Bahkan dalam UU No.24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara; secara jelas dan lugas Sang Saka Merah Putih memiliki perlindungan hukum atas undang-undang.
Meski saat ini telah ada permintaan maaf resmi telah dilakukan oleh Menpora Malaysia Khairy Jamaluddin serta Panitia resmi Sea Games 2017, Jawatankuasa Pengelola Malaysia – MASOC dengan menarik buku panduan SEA Games yang telah beredar. Bahkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga telah mengirimkan nota diplomatik dan direspon positif dengan permintaan maaf pula oleh Menlu Malaysia Dato Sri Anifah Haji Aman. Namun hal tersebut masih belum dirasa cukup oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Maraknya pemberitaan dan konten-konten balasan yang bersifat negatif dan provokatif pun tersebar di media-media sosial bahkan perang cyber dan aksi peretasan juga dilakukan. Hal ini dirasa sangat mengkhawatirkan untuk hubungan bilateral Indonesia – Malaysia kedepannya nanti menurut DPN Seknas JOKOWI (Sekretariat Nasional Jaringan Organisasi dan Komunitas Warga Indonesia). Seknas JOKOWI menganggap jika persoalan ini tidak ditangani dengan serius maka akan berdampak buruk bagi hubungan antar kedua negara ini.
Oleh sebab itu Seknas JOKOWI mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang insiden tersebut dengan sejelas-jelasnya. Seknas JOKOWI juga berharap pihak Polri untuk bersikap tegas terhadap pelaku penyebar berita palsu (hoax) dan konten-konten negatif yang mendompleng insiden ini untuk memperkeruh suasana.
Tak lupa pula Seknas JOKOWI menyerukan dan menghimbau masyarakat Indonesia untuk tidak terprovokasi dan bersikap rasional dengan mengedepankan hukum dalam menyikapi dan memahami persoalan ini agar tidak ditunggangi oleh para kelompok pengacau yang ingin memperkeruh suasana.
Ping.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: