Seknas Jokowi Tak Pernah Punya Anggota Bernama Yan Hariranto
Jakarta – Ramai di medsos seorang laki-laki bertubuh gempal menggunakan pakaian seragam berwarna merah kombinasi hitam menyatakan diri “ia menyesal menjadi relawan Seknas Jokowi Sumatera Selatan” kemudian membuka pakaian seragamnya dengan penuh emosi merobek-robek pakaian dan kartu nama. Tak lama ia berkoar-koar mengajak masyarakat “untuk tidak memilih Jokowi kembali sebagai Presiden”.
Dalam keterangan tertulis Ketua DPN Seknas Jokowi, Dedy Mawardi mengungkapkan bahwa lelaki gempal yang bergelar pendidik itu bernama Yan Hariranto berdomisili terakhir di Palembang Sumatera Selatan. Menurut Dedy pernyataan penuh emosi Yan Hariranto itu, menariknya sengaja di-vidio-kan dan di unggah melalui youtube. “Jika kita klik youtube maka vidio Yan dengan judul yang berbeda-beda tapi isinya sama bertebaran. Artinya, Yan Hariranto ini niat banget membuat vidio itu, kemudian diunggah di youtube,” ujar Dedy.
Lebih lanjut Dedy mengatakan dari isi pernyataan di vidio itu motifnya jelas politis dan organ relawan Jokowi yang dihajar pun jelas yakni salah satu organ relawan pendukung Jokowi yang memiliki anggota dan pengurus di berbagai daerah dengan nama SEKNAS JOKOWI.
Bagi siapapun yang tak suka dengan Jokowi, menurut Dedy, Tak ada cara lain yang lebih santun untuk mengkritisi keberhasilan Jokowi kecuali dengan kampanye hitam. “Kampanye hitam ini terus akan dimainkan hingga 2019. Tidak hanya kepada Jokowi tapi juga sudah mulai diarahkan pada organ pendukungnya,” ungkap Dedy.
“Yan Hariranto hanya pion kecil ditengah maraknya kampanye hitam menjelang 2019. Coba tengok isi videonya, bisa disimpulkan “apa yang diperbuat oleh Jokowi untuk rakyat, semuanya salah”,” tambah Dedy lagi.
Dedy menilai, bagi Seknas Jokowi, Yan Hariranto sama dengan pengkritik lainnya, yang hanya mau dapat panggung kecil ditengah popularitas Jokowi menjelang persaingan politik pilpres 2019. “Apalagi sebagai anggota partai politik yang menjadi pengusung calon Presiden pesaing Jokowi-JK pada pilpres 2014 yang lalu, Yan Hariranto perlu modal yang murah buat bangun panggung kecilnya itu. Nah yang murah dan gratisan itu adalah membuat vidio dan mengunggahnya di youtube,” ucapnya.
Selain itu Dedy menilai Yan Hariranto adalah ciri khas anggota atau simpatisan partai politik pengusung calon presiden pesaing Jokowi pada pilpres 2014 yang belum move on. Maka sangat tidak mungkin Yan Hariranto adalah anggota atau aktifis Seknas Jokowi. “Seknas Jokowi tidak pernah punya anggota relawan bernama Yan Hariranto di Sumatera Selatan, dan pakaian seragam yang dipakai Yan Hariranto itu bukan seragam resmi Seknas Jokowi,” tegas Dedy dalam pernyataannya.
Ping
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: