Seorang Tunanetra yang Sukses Jadi Technopreneur
Jakarta – Memiliki keterbatasan fisik tidak semata menjadi penghalang bagi siapapun untuk meraih mimpi. Termasuk bagi seorang penyandang disabilitas penghilatan, Aris Yohannes. Meski tak bisa melihat sejak usia 4 tahun, semangatnya tak pernah luntur. Pendiriannya bahkan semakin bertambah kuat seiring dengan banyaknya orang yang meragukannya. Sifat pantang menyerah dari dirinya pun kerap menjadi inspirasi bagi penyandang tunanetra lainnya.
Ya, Aris Yohannes Elean mampu menunjukkan bahwa seorang tunanetra juga bisa berwirausaha di bidang digital atau yang biasa disebut technopreneur. Ia juga merupakan pendiri dari IT Center for The Blind (ITCFB). Tak hanya itu, Aris pun dikenal sebagai CEO Kartunet.com, sebuah website atau media inspiratif yang berisikan pemuda-pemuda dengan disabilitas yang menghadirkan informasi berupa berita, artikel inspiratif, teknologi aksesibel, opini, podcast, karya fiksi, dan karya-karya lain dari para disabilitas.
Belum cukup sampai di sana, Aris jugalah yang menciptakan Audio Based Game “Babyball” dam software untuk mengetahui harga pasar (audio valas) untuk tunanetra. Aris juga aktif mengajar prgraming di Mimi Institute. Segala prestasi dan kegiatannya itu ia jalankan demi menghilangkan pandangan bahwa tunanetra bukanlah sebuah keterbelakangan.
Jago Programing Sejak Kecil
Seperti disebutkan sebelumnya, menjadi tunanetra di usia 4 tahun tak lantas menghilangkan minatnya terhadap teknologi. Pria kelahiran 22 April 1985 ini sudah mempelajari tentang komputer sejak duduk di bangku SD. Saat bersekolah di SLB, Aris kecil pun sudah menguasai Eureka, yakni sejenis komputer berbentuk papan persegi dengan keyboard Braille dan tanpa layar untuk tunanetra. Dengan perangkat sederhana itulah Aris mengenal istilah penggunaan database, program-program sederhana, hingga internet.
Jelang masuk ke tingkat Menengah Pertama, Aris sudah mempelajari komputer bicara dan penggunaan perangkat lunak pembaca layar (JAWS). Hebatnya lagi, semua hal tentang komputer utu banyak ia dapatkan secara otodidak.
Rasa penasarannya mendorong Aris selalu ingin tahu seluk beluk dunia pemrograman lewat internet. Ia pun sering membeli buku dan majalah tentang programing, kemudian mempelajarinya. Ia kerap meminta tolong keluarganya untuk dibacakan di rumah.
“Dulu teman-teman suka menjuluki saya si tangan panas karena biasanya komputer pada rusak setelah diutak-atik sama saya,” ujarnya, seperti dikutip dari Kartunet.com.
Sepak terjangnya di Kartunet.com sendiri berawal dari ajakan seorang temannya yang bernama Iwa. Saat itu Aris sebenarnya sudah memiliki website pribadi dari hasil pengetahuan teknologinya–yang sebenarnya bisa saja berdiri sendiri di dunia IT. Namun ia berpikir tak ada gunanya memiliki kemampuan jika tidak dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang. Walhasil, ajakan Iwa pada 2005 pun diterimanya dan mulai mengembangkan Kartunet.com.
Tiga tahun berselang, Aris yang pernah bekerja di Bank Permata mengikuti sebuah seminar IT di kampus UNIKOM Bandung. Pada seminar White Hatker yang diselenggarakan oleh komunitas Yogya Free tersebut, Aris menjadi peserta aktif dan banyak bercerita tentang Kartunet.com. Salah seorang pembicara yang mendapatkan penghargaan dari seminar tersebut rupanya sangat terkesan dengan pengetahuan IT dari seorang tunanetra. Hingga ia rela menghadiahkan penghargaan yang diterimanya tersebut kepada Aris. Hal ini pun menjadi pengalaman yang berkesan bagi Aris hingga saat ini.
Setelah momen itu, komunitas Yogya Free mengundang Aris sebagai pembicara pada sebuah seminar IT di Surabaya pada 2009. Di hadapan banyak orang, ia mendemonstrasikan cara meng-install perangkat lunak Talks pada ponsel tunanetra. Sontak hal tersebut disambut apresiasi setinggi-tingginya dari peserta seminar.
Sejak saat itu, Aris kebanjiran tawaran untuk berbagi ilmu teknologi. Alumnus SMAN 66 Jakarta ini juga pernah direkomendasikan salah seorang rekannya untuk mengikuti program pelatihan komputer tingkat advance untuk tunanetra di Malaysia. Pelatihan yang berlangsung selama 2 minggu di tahun 2010 dan diselenggarakan oleh Japan Braille Library (JBL) itu mendapat perhatian dari dunia–bahkan hingga muncul pandangan bahwa peserta dari Indonesia memiliki pengetahuan komputer terbaik.
Kini, Aris memegang penuh divisi penelitian dan pengembangan teknologi di kartunet.com. Ia didapuk tanggung jawab mencari tahu teknologi-teknologi terbaru yang dapat dikembangkan serta dimanfaatkan untuk kemajuan hidup para penyandang disabilitas.
Meski sudah sukses, Aris Yohannes tak lantas meninggikan egonya. Ia sadar dirinya bukan siapa-siapa tanpa dukungan penuh dari keluarganya, yang rela membacakan buku untuknya siang dan malam. Termasuk juga Mariana Messah, wanita yang ia nikahi pada tahun 2010 lalu. Bahkan dalam kesehariannya, Aris tak jarang juga mengajarkan kepada Mariana mulai dari trik-trik browsing di internet hingga bagaimana menggunakan Skype agar dapat berkomunikasi secara gratis saat ia mengikuti pelatihan komputer di luar negeri. Hal itu cukup menunjukkan bahwa sosok Aris ternyata juga seorang yang perhatian dan pria yang menyayangi istrinya.
W. Novianto
BERITA
Tinggalkan Microsoft Demi Membangun Kampung Halaman
Sebenarnya, mimpi Muhammad Choirul Amri sudah tercapai ketika bekerja di Microsoft pada 2013 lalu. Tapi ia malah memutuskan keluar dari perusahaan itu untuk membangun kampung halamannya, Desa Kuniran, Ngawi, Jawa Timur.
Ya, hal ini spontan saja mengundang tanya dari banyak orang? Apa yang dipikirkan dia? Apalagi Microsoft adalah perusahaan global ternama.
Mengapa dirinya lebih memilih berjuang membuat kampungnya itu menjadi desa wisata?
Choirul tak sedang bercanda. Saking seriusnya, ia berencana untuk mengintegrasikan Embung Kuniran, Cagar Budaya Lumbung Padi, sanggar karawitan setempat, dan peternakan kambing.
Baca Juga:
- Pemuda Disabilitas Pendengaran yang Diminta Jokowi Jadi Staf Khusus Presiden
- Pembalap Jogja Hasil Didikan Valentino Rossi
- Penggerak Literasi dengan Aplikasi dan Taman Baca di Malang
Area-area tersebut dapat menjadi tujuan wisatawan lokal dan mancanegara untuk merasakan kehidupan asli desa Indonesia atau hanya sekadar berswafoto.
Kata dia, persoalan di kampungnya itu sebenarnya sederhana. Ia pun mengaku menemukan hal itu saat dirinya membantu budidaya lele.
Menurutnya, warga desa memiliki kemampuan untuk mengembangkan desa. Tetapi mereka tidak memiliki pendamping dan pengawas yang dapat memberikan masukan atas apa yang harus dilakukan.
Hingga akhirnya pada Oktober 2017, ia bersama warga membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis). Kelompok itu berkomitmen untuk memperbaharui tampilan Desa Kuniran.
Nah, salah satunya dengan membuat menara untuk swafoto di Embung Kuniran, salah satu aset utama desa tersebut.
Choirul Amri kaget. Warga ternyata antusias dan mampu mengumpulkan dana sendiri. Mereka juga membangun menara itu dengan keterampilan sendiri.
Choirul pun akhirnya resmi mendirikan Rumah Inspirasi Nusantara pada Januari 2018. Rumah tersebut merupakan wadah kegiatan pemberdayaan masyarakat dan desa yang dilakukan di Ngawi.
BERITA
Penggerak Literasi dengan Aplikasi dan Taman Baca di Malang
Foto itu mungkin terpasang di salah satu dinding rumahnya. Foto saat dirinya diundang Presiden Joko Widodo untuk makan siang di Istana Negara. Momen itu pun jadi yang tak terlupakan bagi Santoso Mahargono, si pelopor GO READ.
Ya, kegigihannya dalam menggerakkan literasi membuahkan hasil. Pendiri sekaligus Ketua Forum Komunikasi Taman Baca Masyarakat Malang Raya ini mendapat apresiasi tinggi dari Presiden Jokowi.
Bahkan Santoso berkesempatan mengikuti sidang tahunan MPR dan DPR serta upacara bendera 17 Agustus di Istana Negara.
Baca Juga:
- Menyulap Pantai Serang Jadi Ladang Penghasilan Warga
- Pembalap Jogja Hasil Didikan Valentino Rossi
- Menyampaikan Suara Penyandang Difabel lewat Jalur Humor
Adapun soal undangan makan di Istana ia dapatkan setelah mengikuti pemilihan pustakawan berprestasi tingkat nasional. Saat itu, juara 1, 2 dan 3 diundang Presiden untuk makan siang bersama teladan-teladan lainnya, termasuk Paskibra dan Paduan Suara Gita Bahana.
Dalam gelatan yang digelar pada 9-19 Agustus di Jakarta, Santoso Mahargono mendapatkan juara II mewakili Provinsi Jawa Timur. Programnya membawanya terpilih mewakili Provinsi dengan menyisihkan 18 peserta lainnya.
Adapun program yang ia gagas adalah GO READ, layanan penyedia buku bagi masyarakat, utamanya yang berada di daerah pelosok Malang Raya. Kegigihannya di bidang literasi dihargai tinggi.
Sebelumnya, Santoso sendiri sudah mendapatkan penghargaan hingga diundang Mantan Gubernur Soekarwo yang dulu masih menjabat di Jatim.
BERITA
Pembalap Jogja Hasil Didikan Valentino Rossi
Pecinta balap motor boleh saja mengidolakan pembalap internasional macam Valentino Rossi. Namun Indonesia sebenarnya juga punya pembalap yang diidolakan. Dia adalah Galang Hendra Pratama.
Pebalap muda asal Yogyakarta ini digadang-gadang bisa mengharumkan Indonesia. Jalannya disebut-sebut tengah menuju ke sana.
Tanda-tandanya pun perlahan terlihat. Galang menjadi pebalap pertama Indonesia yang juara dalam salah satu seri Kejuaraan Dunia Supersport 300 (300-600 cc).
Tepatnya di Kejuaraan Balap Motor Dunia Superbike, yakni di Sirkuit Jerez, Spanyol, tahun lalu. Ia juga menang di Sirkuit Automotodrom Brno, Ceko, Juni tahun ini.
Baca Juga:
- Menyampaikan Suara Penyandang Difabel lewat Jalur Humor
- Menyulap Pantai Serang Jadi Ladang Penghasilan Warga
- Pemuda Disabilitas Pendengaran yang Diminta Jokowi Jadi Staf Khusus Presiden
Apresiasi pun berdatangan. Termasuk Muhammad Abidin, General Manager Divisi Pascapenjualan dan Departemen Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor MFG yang merupakan tim pendukung Galang di Superbike.
”Ini hasil luar biasa karena Galang bersaing dengan pebalap-pebalap terbaik dari negara yang memiliki sejarah balap motor yang kuat, seperti dari Eropa dan Amerika Serikat (AS),” katanya.
Perlu diketahui, Galang adalah pebalap Indonesia yang paling dekat dengan kejuaraan balap motor paling bergengsi di dunia, MotoGP.
Pasalnya, kini ia sedang berkiprah di Kejuaraan Dunia Supersport 300, kelas terendah dari empat kelas yang dipertandingkan Superbike.
Tiga kelas di atasnya ialah Kejuaraan Dunia Superbike, Supersport, dan Piala PIM Superstock 1000.
Kejuaraan Superbike tersebut memiliki popularitas yang hanya kalah dari MotoGP. Umumnya, pebalap yang sukses di Superbike akan beralih ke MotoGP.
Sebut saja seperti Colin Edwards (Amerika Serikat) dan Nicky Hayden (Amerika Serikat). Nah, Galang punya prestasi cukup gemilang di Superbike.