Politisasi Kaum Emak-Emak Kubu Prabowo Hanya demi Kepentingan Sesaat
Jakarta – Jumlah pemilih perempuan di Indonesia memang tergolong besar. Jumlahnya hampir separuh lebih sedikit dari total seluruh pemilih. Maka tak heran, bila muncul politisasi kaum emak-emak atau perempuan.
Dilihat dari data pemilih di Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih perempuan mencapai 92.929.422. Sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah pemilih lelaki yang mencapai 92.802.671.
Yang paling getol melakukan politisasi kaum emak-emak adalah pasangan calon Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Sayangnya, politisasi tersebut kerap tidak dibarengi pendidikan politik. Alhasil, hanya terkesan demi kepentingan sesaat saja.
Sandi dalam beberapa kesempatan selalu mengutip cerita emak-emak ketika mengkritik ekonomi Indonesia. Mulai dari tempe yang setipis kartu ATM hingga uang 100 ribu hanya dapat bawang dan cabai. Meski, pernyataan tersebut malah kerap menjadi blunder.
Bukan hanya itu saja, Ketua MPR Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional “menitipkan pesan emak-emak” di pidato di Sidang MPR pertengahan Agustus lalu.
Lalu, apakah politisasi emak-emak ini efektif dan akhirnya menumbuhkan kesadaran politik bagi kelompok perempuan?
Baca Juga:
- Jargon Emak-Emak Takkan Dongkrak Elektabilitas Prabowo-Sandi
- Survei LSI: Emak-Emak Ternyata Lebih Memilih Jokowi-Ma’ruf ketimbang Prabowo-Sandi
- Galang Suara Perempuan, Relawan Super Jokowi Dideklarasikan
Ketua Tim Kampanye Darah Jabar Jokowi-Maruf menilai politisasi emak-emak tersebut hanya untuk kepentingan penjenamaan (branding) saja. “Dalam tingkat penyasaran dan jaringannya terbatas. Itu pandangan saya,” ujar Dedi mengomentari politisasi emak-emak yang dilakukan kubu Prabowo-Sandi, Jumat (28/9).
Dedi sendiri menjelaskan, pihaknya tidak akan melakukan hal yang sama. Ia juga tak khawatir manuver kubu Prabowo-Sandi yang memperkuat basis pemilih emak-emak.
Ia menilai lebih baik menyusun kekuatan yang berbasis kader teritorial yang memiliki keragaman latar belakang, seperti pemuda, kelompok ibu, dan bapak-bapak. Jaringan seperti itu akan lebih kuat menjaring suara.
Sementara itu, Karim Suryadi, pengamat politik dari Universitas Pendidikan Indonesia, menilai “emak-emak” hanya sebatas simbul. Pengaruhnya untuk mendongkrak suara masih kecil.
“Jangankan emak-emak, sebuah diksi yang baru digunakan, diksi keluarga Abdurrahman Wahid pun efek elektoral pun tidak bisa dipastikan,” kata Karim.
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: