Survei CSIS: Di Kalangan Generasi Milenial Popularitas Susi Pudjiastuti Tertinggi untuk Capres 2019
Jakarta – Nama Susi Pudjiastuti menjadi pilihan bagi generasi milenial dan mengalahkan Sri Mulyani dalam tingkat popularitas calon presiden pada Pilpres 2019 mendatang. Menteri Kelautan dan Perikanan ini meraih angka yang tinggi dengan raihan 73,7 persen suara generasi milenial, jauh meninggalkan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang hanya meraih 63,7 persen.
Hasil ini didapat dari survei yang dilakukan oleh CSIS Survei CSIS pada 23-30 Agustus 2017 dengan jumlah 600 responden generasi milenial yang sudah memiliki hak pilih. Responden survei ini adalah yang berusia 17-29 tahun. Responden dipilih secara acak (multi stage random sampling) dari 34 provinsi di Indonesia. Margin of error dari survei ini sebesar +/- 4 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka dan quality controlnya 20 persen sampel melalui spotchek dan 50 persen diverifikasi via telepon.
Menurut Peneliti The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes, di kalangan non milenial, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut juga banyak dipilih yaitu 52,9 persen. Namun sekali lagi nam Susi Pudjiastuti masih mengunggulinya dengan meraih 58 persen dukungan generasi non milenial.
Menurut Arya, Susi dan Sri Mulyani meraih angka yang cukup besar dikarenakan adanya kebosanan pada generasi milenial terhadap muka-muka lama yang mewarnai survei nasional, sehingga mereka melirik muka baru untuk dipilihnya. “Ada nama Susi Pudjiastuti dan Sri Mulyani, mungkin kalangan milenial ini sudah bosan dengan nama-nama lama. Mereka memilih nama baru untuk menjadi harapan ke depan,” ujar Arya di Kantor CSIS, Jakarta, Jumat (3/11/2017).
Sedangkan Pengamat Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan, Kedua nama tersebut memang telah lama dimunculkan dalam berbagai survei sebagai salah satu pemimpin masa depan Indonesia. Susi dan Sri Mulyani menurutnya memang sering masuk dalam daftar calon presiden. “Bu Susi dan Bu Sri Mulyani di survei-survei lain memang mulai muncul,” ucap Yose.
Akan tetapi menurut Yose, pihaknya belum bisa menangkap alasan mengapa Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti masuk dalam pilihan bagi generasi milenial sebagai pemimpin Indonesia di masa depan. Yose memperkirakan banyaknya pemberitaan terkait kedua menteri tersebut yang menarik perhatian kalangan milenial untuk memilih Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti. “Mungkin karena mereka banyak muncul di media massa, kemudian menjadi salah satu pilihan,” tandasnya.
Ping.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: