Connect with us

Survei Indikator: Jokowi Masih Paling Favorit Dibanding Nama Lain

Presiden Joko Widodo saat mengopi bareng dengan Prabowo Subianto di Istana Merdeka, November tahun lalu.Setkab

Jakarta – Presiden Joko Widodo rupanya masih menjadi calon terkuat untuk kembali terpilih di Pemilu 2019 mendatang. Hal ini setidaknya terlihat cukup jelas berdasarkan survei Indikator Politik yang dilakukan pada 17-24 September 2017 lalu.

Dalam salah satu surveinya, saat responden disodorkan pertanyaan mengenai siapa sosok calon presiden yang akan dipilih bila Pemilu 2019 diadakan sekarang, ternyata banyak yang masih memilih Jokowi untuk melanjutkan masa pemerintahannya. Responden pun tidak diberikan pilihan.

“Artinya, responden menjawab sesuai dengan yang pertama kali muncul di kepalanya,” terang Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, saat merilis hasil survei di kantornya, Jakarta, Rabu (11/10).

Hasilnya, sebanyak 34,2 persen responden memilih Jokowi untuk periode kedua. Sedangkan urutan kedua sebanyak 11,5 persen memilih Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Lalu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan 2,1 persen, serta Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo 1 persen, dan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo 0,7 persen.

Adapun tiga sosok yang bersaing dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, yakni Anies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama, dan Agus Harimurti Yudhoyono, sama-sama mendapatkan angka 0,5 persen. Sedangkan untuk tokoh lainnya hanya mendapatkan angka 0,1 persen dan responden yang tidak memberikan jawaban sebanyak 47,4 persen.

“Responden yang tidak menjawab cukup besar karena kita tidak memberikan pilihan nama,” lanjut Burhan.

Sementara saat survei dilakukan dengan pilihan delapan nama, Jokowi pun masih tertinggi dan mendapat 54,6 persen, disusul Prabowo (24,8 persen), Anies (3,1 persen), Agus (2,9 persen), Gatot (2,8 persen), Tito Karnavian (1,2 persen), Soekarno (0,6 persen) dan Sri Mulyani (0,4 persen).

Lalu pada saat disimulasikan head to head layaknya Pemilihan Presiden 2014 silam, Jokowi mendapatkan 58,9 persen suara dan Prabowo mendapatkan 31,3 persen. Menurut Burhanuddin, walau elektabilitas Prabowo terlihat kalah jauh dari Jokowi, namun angka tersebut masih dalam kategori cukup tinggi, mengingat pemilu sebenarnya masih ada dua tahun lagi.

“Padahal Pak Prabowo belum kerja sama sekali. Sementara Pak Jokowi sudah keliling terus dari Aceh sampai Papua. Jadi Pak Jokowi juga jangan terlalu yakin pemilu akan mudah,” ucap Burhan.

Survei Indikator Politik Indonesia ini menggunakan multistage random sampling dengan 1220 responden di seluruh wilayah Indonesia dan margin of error kurang lebih 2,9 persen.

Novianto

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya