Survei Indo Barometer: Elektabilitas Gus Ipul Tertinggi, Risma Kalahkan Khofifah
Jakarta – Lembaga survei Indo Barometer melakukan survei di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur pada 18-29 September 2017 lalu. Dengan jumlah sampel sebanyak 1.200 responden yang memiliki hak pilih direntang usia 17 tahun atau sudah menikah. Adapun metode yang dipakai Indo Barometer adalah multistage random sampling dengan margin error -/+ 2,83% dan selang kepercayaan 95 persen.
Survei yang dilakukan oleh Indo Barometer ini mengenai tingkat elektabilitas cagub/cawagub untuk Pilgub Jatim 2018. Survei tersebut merupakan atas permintaan DPD PDIP Jatim.
Dari rilis survei yang diumumkan oleh Indo Barometer, hasil survei menunjukkan Wakil Gubernur jawa Timur Saifullah Yusuf atau Gus Ipul meraih elaektabilitas tertinggi diantara calon lain yang diajukan namanya.
Dalam survei Indo Barometer yang melakukan pertanyaan terbuka, Gus Ipul berhasil meraih angka 41,3 % persen responden sehingga ia menempati peringkat pertama dengan elektabilitas cagub Jatim tertinggi. Sementara di posisi kedua ada nama Tri Rismaharini yang merupakan Wali Kota Surabaya saat ini dengan raihan 18,4 % responden. Sedangkan untuk Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, yang juga ikut bersaing dalam Pilgub Jatim 2018 hanya meraih 16,7% suara responden.
Nama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang merupakan cawagub dari Gus Ipul, meraih angka 3,4% responden. Lalu di posisi selanjutnya ada Gubernur Jawa Timur Soekarwo atau Pakde Karwo dengan angka 0,7% responden. Sedangkan 17,45% responden tidak tahu/tidak jawab pertanyaan yang diajukan dalam survei.
Pada pertanyaan tertutup dalam survei yang diajukan Indo Barometer terhadap responden, nama Gus Ipul masih unggul diantara nama lainnya dengan raihan angka 45,4% responden. Tri Rismaharini juga masih menguntit diposisi kedua dengan 21,8% mengalahkan Khofifah yang hanya mendapatkan 20,4% responden. Nama Azwar Anas kembali muncul dengan angka 3,4% responden, lalu dibawahnya ada La Nyalla dengan 0,1% responden. Untuk jawaban rahasia/tidak tahu/tidak jawab mencapai 8,9% responden.
Indo Barometer juga menggelar pertanyaan tertutup dengan skema Head to Head antar para calon, dimana Gus Ipul dihadapkan dengan Khofifah, menghasilkan angka 59,2% responden untuk keunggulan Gus Ipul, sedangkan Khofifah hanya meraih angkan 27,3% responden saja.
Sedangkan ketika Gus Ipul dihadapkan dengan Tri Rismaharini, Gus Ipul tetap unggul dengan meraup 58,4% responden dibandingkan Risma yang hanya meraih 30,1% responden.
Selain itu Indo Barometer juga melakukan survei untuk elektabilitas cawagub dengan pertanyaan terbuka. Dimana hasil survei menunjukkan suara Tri Rismaharini unggul dengan angka 16,6%, disusul Gus Ipul (14,4%), Khofifah (14,3%), Azwar Anas (12,3%), Bupati Ngawi Budi Sulistyono (6,0%), dan tidak tahu/tidak jawab (29,1%).
Ping.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: