Tak Hanya Cantik, Kharisma Puti Berorasi Bikin Para Kiai Meneteskan Air Mata
Surabaya – Puti Guntur Soekarnoputri yang merupakan cawagub pendamping Saifullah Yusuf (Gus Ipu) dalam Pilgub Jatim 2018 ternyata tidak hanya memiliki wajah yang cantik, namun dirinya juga handal dalam berorasi menyampaikan sambutan seperti kakeknya sang founding father Soekarno. Dalam sambutannya Puti benar-benar menunjukkan kharismanya sebagai seorang pemimpin perempuan.
Kepiawaiannya berorasi ditunjukkan saat ia berkunjung ke DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur, Rabu (10/1) malam untuk menyampaikan proses pemilihan dirinya untuk bersanding dengan Gus Ipul dalam kontestasi Pilgub Jatim. Dalam sambutannya ini Puti menyampaikan jika “perjodohannya” dengan Gus Ipul dalam pemilihan gubernur Jawa Timur adalah suratan takdir yang tak bisa dihindari.
“Alhamdulillah rasanya penuh dengan barokah kehadiran saya mungkin ini baru pertama kali saya bertatap muka langsung dengan para Kiai dan Bu Nyai dan saudara-saudara yang hadir disini. Kehadiran saya ini sudah garis tangan dan suratan takdir,” ungkap Puti.
Dengan nada dan intonasi suara yang sangat berwibawa, Puti pun memberikan sambutan sekaligus orasi pertamanya di hadapan publik. Pilihan kata yang dipakai Puti pun sangat sangat elegan. Dalam sambutannya ini Puti menyampaikan jika “perjodohannya” dengan Gus Ipul dalam pemilihan gubernur Jawa Timur adalah suratan takdir yang tak bisa dihindari.
Puti mengatakan perjodohannya dengan Gus Ipul, kata Puti juga pengulangan sejarah masa lalu dimana kakeknya Soekarno bersama dengan KH Hasyim Asyari dan KH Wachid Hasyim dalam merajut kemerdekaan Indonesia. “Majunya Gus Ipul dengan saya tidak hanya untuk kerja memberikan kemakmuran dan pengabdian untuk Jawa Timur. Tetapi dari Jawa Timur inilah bahwa kita tunjukan kebersamaan sebagai bangsa Indonesia yang nasionalis dan relijius bisa membangun Indonesia lebih maju,” terang Puti.
Pernyataan Puti ini jelas saja membuat sejumlah kiai yang sejak awal sudah menahan haru, makin tak kuasa menahan air matanya jatuh. Seperti Kiai Zainuddin Jazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Ploso Kediri. Kiai Jazuli duduk di kursi roda di samping Puti berdiri.
Kiai Jazuli sedari awal sangat menyimak orasi Puti, namun saat Puti menyebut “Dari Jawa Timur inilah bahwa kita tunjukan kebersamaan sebagai bangsa Indonesia yang nasionalis dan relijius bisa membangun Indonesia lebih maju” air mata Kiai Jazuli tak bisa dibendung lagi. Air mata kiai sepuh ini menetes. Dia pun mengusap air mata dengan sapu tangan putih yang diambil dari kantong saku bajunya.
Sambutan Puti ini ternyata bukan hanya membuat Kiai Jazuli terharu dan meneteskan airmata, namun sejumlah Kiai seperti Anwar Iskandar, Pengasuh Pondok Pesantren Al Amin Kediri, Jawa Timur, yang berdiri di samping kiri Kiai Jazuli, juga menetes airmata pada momen yang hampir bersamaan. Bahkan kiai Iskandar harus menanggalkan kacamatanya ke atas untuk menyeka air matanya yang sudah menetes.
Diakhir sambutannya perlahan intonasi Puti meninggi dengan suara penuh semangat. Mantan Anggota DPR ini mengucapkan siap menerima tugas yang diberikan untuk mendampingi Gus Ipul sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Timur. “Saya siap menerima tugas ini, saya siap bertarung. Mengapa saya katakan siap karena kekuatan itu ada karena kita sekarang bersama-sama bergotong-royong untuk memenangkan Gus Ipul dan saya,” pungkas Puti.
Yuch
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: