Tingkat Pengangguran Kita Terus Menurun
Tingkat Pengangguran di Perkotaan Lebih Tinggi
Secara umum memang tingkat pengangguran di perkotaan selalu lebih tinggi dibanding dengan angka pengangguran di perdesaan. Namun secara keseluruhan trennya, ini terus menurun. Misalnya kalau kita lihat dari data di 2015, pengangguran di perkotaan itu sekitar 7,31%, 2016 6,60%, 2017 6,79%, dan 2018 6,45%. Artinya trennya menurun. Kemudian di pedesaan misalnya pada 2015 4,93%, kemudian 2016 4,51%, 2017 4,01%, dan 2018 ada naik sedikit yaitu 4,04%.
Secara keseluruhan trennya tetap positif. Namun, memang kita harus berhati-hati untuk memastikan agar perluasan kesempatan kerja bisa terus dilakukan. Baik di kota maupun di perdesaan. Karena pertumbuhan industri manufaktur, kemudian pariwisata dan juga industri makanan dan minuman juga cukup berkontribusi terhadap penyerapan lapangan kerja di perkotaan.
Kenapa tingkat pengangguran terbuka di basis pendidikan terutama SMK selalu tinggi?
Kalau kita lihat TPT angka pengangguran kita, tingkat pengangguran yang dilihat dari basis pendidikannya memang kita lihat bahwa yang paling tinggi kontribusinya di tingkat SMK sekitar 11,24%. Tapi lagi-lagi yang ingin saya katakan, dari semua kategori pendidikan ini trennya juga mengalami penurunan. Jadi trennya positif.
Misalnya tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2015 untuk SMK 12,65%, 2016 turun menjadi 11,11%, kemudian tahun 2017 naik dikit menjadi 11,41%, lalu dari 2017 ke 2018 sekarang turun lagi menjadi 11,24%. Jadi dari 2015-2018 angkanya turun walaupun secara presentase dia lebih tinggi dibandingkan basis pendidikan yang lain. Nah saya ingin kita melihat dari sisi ini agar kita terus bisa optimis dan positif melihat bangsa ini. Kalau tidak nanti isinya komplen melulu, seolah-olah tidak ada masa depan. Sementara kesempatan di luar sana itu terbentang luas.
Yang keempat, kalau kita litah beberapa hasil survey, misalnya terkait dengan SMK bahwa memang ada cukup banyak problem yang dihadapi oleh suber daya manusia kita termasuk yang dari lulusan SMK. Profil ketenagakerjaan kita secara keseluruhan masih menantang.
BERITA
Angka Kemiskinan Mampu Menembus Satu Digit
Jakarta – Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, merupakan salah satu dari 9 poin agenda Nawacita. Hasilnya di era Presiden Jokowi, angka kemiskinan jadi satu digit. Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Sosial terus menggenjot Program Bantuan Sosial Pangan. Sebab, bantuan sosial dipercaya mampu mengeluarkan masyarakat dari garis kemiskinan.
Hal ini bukan hanya basa basi belaka. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Maret 2018 lalu, menunjukan angka kemiskinan di Indonesia turun drastris, bahkan telah menembus single digit, yakni 9,82% atau setara dengan 25,95 juta orang. “Alhamdulillah, kontribusi bantuan sosial, angka kemiskinan mampu menembus satu digit,” kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita pekan lalu.
Baca juga:
- Kontribusi Sektor Ekonomi Kreatif Terhadap PDB Sangat Besar
- Tahun Depan Pemerintah Bangun 10 PLBN Lagi di Wilayah Perbatasan
- Pemekaran DOB Menunggu Putusan Presiden
Politisi Partai Golkar ini pun optimis, bahwa hingga akhir 2019, angka kemiskinan di Indonesia bisa turun hingga dibawah 9,5%. “Kalau kita tetap konsisten dan disiplin terhadap program-program yang ada di Kementerian Sosial, Insya’allah kami targetkan penurunan angka kemiskinan hingga akhir tahun 2019 nanti bisa turun menjadi 9,3 – 9,5%,” ungkapnya.
Kepada Ade Nyong dari Fakta.news, pria kelahiran Jakarta 49 tahun silam ini menjelaskan poin-poin apa saja yang menjadi bahan evaluasi dalam Program Bantuan Sosial Pangan sejauh ini. Berikut kutipannya.
Apa yang di evaluasi dari Kementerian Sosial bersama Dinsos seluhur Indonesia terkait penyaluran Bantuan Soasial Pangan ini?
Saya masih melihat dalam penyaluran BPNT, beberapa persoalan teknis di lapangan, harus diselesaikan di Tingkat Pusat. Baik oleh Kementerian Sosial maupun HIMBARA. Jadi rapat koordinasi ini merupakan forum untuk kita semua secara bersama-sama yang melibatkan HIMBARA, Bulog, serta Pemerintah Daerah yang khususnya Dinas Sosial untuk melakukan evaluasi-evaluasi supaya program-program, terutama program transformasi dari Bantuan Beras Sejahtera atau Rastra ke Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) ini bisa kita tuntaskan 100% pada awal tahun 2019.
WAWANCARA
Kontribusi Sektor Ekonomi Kreatif Terhadap PDB Sangat Besar
Kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional semakin nyata. Nilai tambah dari sektor ini pun terus meningkat. Bahkan, dari tahun ke tahun, pertumbuhan ekonomi kreatif berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional. Mulai dari pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, serta jasa-jasa dan industri pengolahan.
Baca juga:
- Upaya Lembaga Layanan Pemasaran-UMKM Wujudkan UMKM Naik Kelas
- Tahun Depan Pemerintah Bangun 10 PLBN Lagi di Wilayah Perbatasan
- Proses Rekonstruksi dan Rehabilitasi Infrastruktur Rampung Akhir 2019
Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sejak empat tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Sebut saja ditahun ditahun tahun 2017 lalu, PDB sektor ekonomi kreatif menembus Rp1.009 triliun. “Kami proyeksikan tahun 2018 dan 2019 growth-nya akan konsisten,” ungkap Wakil Kepala Bekraf, Ricky J. Pesik kepada Fakta.news.
Tak hanya berkontribusi pada PDB saja, menurut Ricky, sekrot ekonomi kreatif ini juga sangat berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja yang cukup signifikan. “Sekarang posisinya 17,4 juta orang pekerja di sektor ekonomi kreatif,” kata pria jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Kepada Ade Nyong dari Fakta.news, Kamis pekan lalu di Rumah Bersama Pelayan Rakyat, Jalan Erlangga II, Nomor 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pria kelahirang 19 September ini berkenan membeberkan upaya Bekraf dalam mengembangkan sektor industri ekonomi kreatif dalam negeri. Berikut kutipan wawancaranya.
Bagaimana Anda melihat perkembangan dunia ekonomi kreatif saat ini dan seberapa besar potensi ekonomi kreatif di Indonesia?
Dari laporan terbaru kami, bahwa di 2017, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB itu sudah tembus Rp1.000 triliun, tepatnya Rp1.009 triliun di 2017. Jumlah tenaga kerja juga meningkat cukup signifikan. Sekarang posisinya 17,4 juta orang pekerja di sektor ekonomi kreatif. Lalu ekspor-nya sekarang sudah USD 1,5 miliar. Dan pertumbuhan dari tahun sebelumnya, itu diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
Jadi sangat menjanjikan dan kami proyeksikan memang tahun 2018 dan 2019 itu growth-nya akan konsisten. Jadi akan semakin signifikan-lah kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional kita.
WAWANCARA
Proses Rekonstruksi dan Rehabilitasi Infrastruktur Rampung Akhir 2019
Pemerintah kini sedang giat membangun di wilayah bencana, melakukan proses rekonstruksi dan rehabilitasi infrastruktur. Maklum saja, musibah bencana alam seara berturut-turut mengguncang beberapa wilayah Indonesia, mulai dari Gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga gempa dan tsunami yang menghantam sebagian wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) mengakibatkan puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggal. Tak hanya itu saja, sejumlah fasilitas umum termasuk infrastruktur lainnya ludes ditelan musibah alam tersebut.
Hingga saat ini, seluruh instansi pemerintah hingga relawan terus membantu pemulihan sejumlah sarana dan prasarana di dua provinsi terdampak musibah gempa dan tsunami ini. Sebut saja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang hingga saat ini terus melakukan upaya proses rekonstruksi dan rehabilitasi infrastruktur di wilayah-wilayah terdampak bencana alam tersebut.
Baca juga:
- Pemerintah Bangun 1.200 Hunian Sementara untuk Masyarakat Korban Gempa dan Tsunami Sulteng
- Tahun Depan Pemerintah Bangun 10 PLBN Lagi di Wilayah Perbatasan
- Pemerintah Tetap Siaga Menjaga Rupiah di Tengah Kondisi Global Saat Ini
Di Lombok, NTB, setelah masa tanggap darurat, Kementerian PUPR langsung bergerak cepat melakukan proses rekonstruksi dan rehabilitasi infrastruktur atau pembangunan kembali bangunan perumahan yang rusak, dan fasilitas umum lainnya. “Proses rekonstruksi dan rehabilitasi infrastruktur ini ditargetkan rampung pada akhir 2019,” ungkap Danis Hidayat Sumadilaga kepada Fakta.news.
Sedangkan untuk penanganan bencana gempa dan tsunami Sulteng, Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya, Kementerian PUPR itu mengatakan, pemerintah masih memperpanjang masa tanggap darurat. Sebab, masih banyak proses yang belum selesai, seperti proses evakuasi dan sebagainya. Setelah itu, baru kami melakukan proses rekonstruksi dan rehabilitasi infrastruktur.
Dalam masa tanggap darurat ini, Danis mengatakan, pihaknya tengah berupaya membangun hunian sementara agar masyarakat tidak terlalu lama tinggal di tenda pengungsian. “Kami targetkan harus selesai dalam waktu dua bulan,” ungkap Danis.
Kepada Ade Nyong dari Fakta.news, Jumat dua pekan lalu, di ruang kerjanya, lantai dua Gedung Dierktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, Jalan Pattimura, Nomor 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Danis membeberkan progress rehabilitasi infrastruktur pasca gempa Lombok, serta upaya penanggulangan musibah gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah mulai dari tanggap darurat hingga saat ini. Berikut kutipan wawancaranya.
Bagaimana perkembangan proses rehabilitasi perumahan masyarakat hingga fasilitas umum pasca gempa Lombok?
Di sana kita melakukan tiga hal. Pertama membantu pengungsi dalam konteks tanggap darurat. Nanti jumlah tengki air minum, dukungan air bersih berjalanan. Kemudian kita juga bantu distribusi air, menambah sanitasi dan sebagainya. Kemudian tugas kedua adalah membangun fasilitas umum, seperti fasilitas pendidikan, pasar, kesehatan. Ini harus selesai sebelum Desember 2018 ini. Itu kurang lebih tersebar di 700 lokasi. Nanti harus kami selesaikan yang urgent terlebih dahulu. Itu ada sekitar sekitar awal November sudah bisa di manfaatkan.