Warna Baru Energi Surya
Teknologi energi matahari telah berkembang secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir, karena beroperasi dengan efisiensi yang meningkat dan dengan biaya lebih rendah.
Tapi, soal bagaimana tampilan panel surya tetap menjadi kendala. Sebagian besar panel fotovoltaik berwarna biru atau hitam dan menutupi sebagian besar bangunan dengan warna monoton. Itu mungkin tidak sesuai dengan selera pribadi Anda – atau asosiasi pemilik rumah Anda. Ini adalah keterbatasan yang menghambat integrasi energi matahari menjadi beberapa aplikasi komersial. Sebenarnya, para arsitek dan perancang sudah lama meminta pilihan warna yang lebih luas untuk sel surya agar memungkinkan mereka menyatu dengan mulus ke dalam façade bangunan atau sistem elektronik.
Sampai sekarang, memperluas palet warna yang dapat digunakan oleh insinyur energi surya masih sangat sulit. Andre Taylor, profesor teknik kimia dan lingkungan akan merubah anggapan itu dengan mengembangkan sel surya yang melebarkan pilihan warna tanpa mengurangi efisiensi konversi daya. Temuan mereka dipublikasikan di Nano Energy .
Periset sebelumnya telah mencoba beberapa metode untuk memvariasikan warna panel surya. Salah satu pendekatan melibatkan penyesuaian lapisan sel surya sehingga bisa mencerminkan warna yang berbeda – ini terbukti mahal dan dengan hasil yang terbatas. Metode lain memperkenalkan apa yang dikenal sebagai “molekul pewarna” untuk memungkinkan lebih banyak warna. Pendekatan ini, dianggap mengurangi efisiensi di mana sistem mengubah sinar matahari menjadi energi.
Tim peneliti di Laboratorium Bahan dan Perangkat Transformatif Taylor juga menggunakan molekul pewarna, namun tidak mengurangi efisiensi konversi daya. Jaemin Kong, rekan pasca doktoral dan penulis utama makalah ini, menjelaskan bahwa ini karena molekul – squaraine yang dikenal sebagai ASSQ – bertindak tidak hanya sebagai agen warna, namun sebagai donor transfer energi. Ia bekerja sama dengan dua polimer – satu yang berfungsi sebagai donor elektron dan yang lainnya sebagai akseptor elektron non-fullerene. Dengan mengubah rasio ketiga elemen tersebut, para mereka dapat melakukan penyesuaian yang memungkinkan variasi warna mulai dari biru ke hijau sampai ungu-merah.
“Saya pikir itu adalah bagian yang cukup mengesankan dari makalah ini – tidak ada pengorbanan besar dari efisiensi konversi daya,” kata Taylor. “Dan hal yang menggembirakan tentang ini adalah bahwa pewarna dapat digunakan pada konsentrasi rendah, jadi tidak harus mempengaruhi keseluruhan mekanisme.”
Penulis lain dari makalah ini adalah Megan Mohadjer Beromi, Marina Mariano, Tenghooi Goh, Francisco Antonio, danNilay Hazari.
K. R – Sumber: Yale University
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: