Zulkifli Hasan Dianggap Menyalahgunakan Mimbar Pimpinan MPR
Jakarta – Kritik Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan di sidang tahunan MPR dianggap menyalahgunakan mimbar pimpinan MPR. Seharusnya, Ketua MPR sebatas membuka dan memberi pengantar, bukan malah mengkritik pemerintahan yang bukan merupakan tugas dan fungsi MPR.
Penggiat gerakan demokrasi, M. Yamin mengecam sikap Ketua MPR Zulkifli Hasan yang disebutnya menyalahgunakan mimbar Pimpinan MPR. Mimbar tersebut digunakan Ketua MPR yang juga Ketua Umum PAN untuk melontarkan serangkaian kritik kepada Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR RI di Jakarta (16/08).
Padahal, ruang kritik di Indonesia ini sudah begitu luas dan terbuka. Dan, tak sepatutnya, Ketua MPR menempatkan posisinya sebagai Ketua PAN di mimbar pimpinan MPR.
“Tindakan Pak Zulkifli Hasan itu tidak etis, tidak terpuji, cenderung genit dan tidak pula menunjukkan sikap politik yang dewasa,” ujar M. Yamin, yang juga Ketua Umum Seknas Jokowi.
Menurut Yamin, dalam sidang tahunan MPR itu semestinya sebagai ketua sidang, Zulkifli Hasan cukup membuka dan memberi pengantar bagi Presiden untuk menyampaikan laporan pencapaian pemerintah dalam setahun terakhir. Pimpinan MPR tak perlu berpretensi seolah jadi lembaga pengawas.
“Tidak ada kewenangan Ketua MPR untuk mengawasi pemerintah, Fungsi pengawasan itu ada di DPR,” kata Yamin, seraya mengimbau Zulkifli membaca tata tertib (tatib) MPR RI lagi.
Mengutip tatib MPR, Yamin mengingatkan bahwa wewenang dan tugas pokok MPR antara lain adalah mengubah dan menetapkan konstitusi, melantik presiden/wakil presiden, atau memutuskan usulan DPR untuk memberhentikan presiden/wakil presiden. Tugas lainnya ialah memasyarakatkan ketetapan MPR, memasyarakatkan “empat pilar kenegaraan” serta melakukan kajian tentang sistem ketatanegaraan kita. Jadi, sebagai Ketua MPR-RI Zulkifli diminta tak lagi usah lagi mengkritik dari mimbar MPR yang tidak semestinya.
“Jangan pula Mimbar Pimpinan MPR dijadikan mimbar oposisi,” kata Yamin, mantan aktivis mahasiswa Yogyakarta di era pertengahan 1980-an itu.
Baca Juga:
- MPR Membentuk 2 Panitia Ad Hoc untuk Menyiapkan Naskah GBHN
- Pidato Ketua MPR Terlalu Genit dan Keluar dari Tupoksi MPR
- PKS Minta Politisasi SARA Dihentikan, Yenny: Justru PKS yang Memulai
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: