10 Seniman Ramaikan Pameran Resipro(vo)kasi
Jakarta – Japan Foundation Asia Center bekerja sama dengan Galeri Nasional Indonesia bakal menyelenggarakan pameran seni rupa bertajuk “RESIPRO(VO)KASI: Praktik Seni Rupa Terlibat di Indonesia Pascareformasi”. Pameran ini merupakan salah satu rangkaian proyek Condition Report, yakni program pengembangan kuratorial Jepang dan Asia Tenggara yang digagas sejak tahun 2015.
Pameran yang diramaikan 10 perupa individual dan kolektif ini dikuratori oleh Bayu Genia Krishbie, salah satu peserta proyek Condition Report, sekaligus asisten kurator di Galeri Nasional Indonesia. Adapun RESIPRO(VO)KASI dapat dimaknai sebagai “resiprokasi dan provokasi” ataupun “provokasi resiprokal”, yaitu metode komunikasi dan pertukaran gagasan dua arah secara egaliter antara perupa dan publik yang memiliki relasi langsung dalam proses penciptaan karya atau peristiwa seni rupa. Gagasan dua arah ini pun, disadari atau tidak, seolah saling memprovokasi satu sama lain.
Kesepuluh perupa individual dan kolektif akan menampilkan 10 karya dengan pendekatan praktik seni rupa yang beragam, baik medium maupun konteks sosialnya. Presentasinya berupa fotografi, instalasi, objek, dokumentasi video, arsip, dan performance di ruang pameran.
Sepuluh perupa tersebut di antaranya Moelyono (Tulungagung, Yogyakarta), Angki Purbandono (Yogyakarta), Wimo Ambala Bayang (Yogyakarta), Irwan Ahmett (Jakarta), Elia Nurvista (Yogyakarta), Fajar Abadi (Bandung), Vincent Rumahloine (Bandung), Alfiah Rahdini (Bandung), Jatiwangi Art Factory (Majalengka), dan Cut and Rescue (Jakarta).
Sang kurator, Bayu, lantas mencoba mengingatkan akan peristiwa Reformasi 1998 yang secara politis dan sosial memantik terjadinya ledakan demokrasi yang dirayakan dengan berkembangnya pemikiran progresif, kebebasan berekspresi, berkumpul, berdiskusi, dan berserikat. Pengaruhnya dalam dunia seni rupa, menurutnya, dapat dirasakan melalui munculnya beragam gejala praktik seni rupa alternatif, eksplorasi media baru, kerja kolektif, dan inisiatif mandiri untuk berkarya, dan berekspresi di luar institusi seni rupa.
“Kecenderungan ke arah seni rupa yang marak dipraktikkan perupa angkatan 1980-an kembali hidup menggantikan bulan madu panjang booming seni lukis sejak awal 1990-an. Runtuhnya rezim Orde Baru sebagai ‘musuh utama’ seniman dirayakan dengan beragam ekspresi dan bahasa-bahasa rupa baru yang cenderung ringan, meninggalkan gaya subversif, mengelaborasi isu-isu yang relevan dengan realitas keseharian. Periode ini ditandai juga dengan berlanjutnya gejala internasionalisasi perupa Indonesia di jejaring seni rupa regional Asia Tenggara dan Asia Pasifik maupun global, sebagai efek pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,” paparnya.
Pameran ini, lanjut Bayu, merupakan salah satu upaya untuk memperkaya pembacaan atas fenomena praktik seni rupa kontemporer di Indonesia.
“Melalui gagasan-gagasan yang ditawarkan perupa dalam beragam konteks sosialnya, harapannya pameran ini mampu memberikan gambaran umum sejauh mana perupa merespons kondisi sekitarnya, memantik pemikiran kritis publik atas problem-problem sosial kontemporer, serta memberikan perspektif yang berbeda dalam memaknai praktik penciptaan karya berbasis proses dan peristiwa sebagai alternatif pengalaman artistik bagi perupa dan pengalaman estetik bagi publik,” terangnya kembali.
“RESIPRO(VO)KASI: Praktik Seni Rupa Terlibat di Indonesia Pascareformasi” akan dihelat pada 5-19 Oktober 2017 di Gedung B Galeri Nasional Indonesia.
Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: