Bidadari Buruk Rupa
Oleh Nila Oktaningrum
Alkisah..
Ketika zaitun tengah masak ranum berbuah kuning hijau berkilau..
Saat sungai susu mengalir dalam kelembutan yang tak tertera oleh indra manusia,
Rerumputan halus berwarna biru dan merah muda bergerak dalam harmoni sempurna..
Masuklah seorang penghuni surga, dituntun oleh sepasang malaikat gagah dan rupawan..
Mengapa dituntun…?
Karena kedua matanya buta..
Saat ia melangkah..
Daun-daun persik dan apel berhenti bergerak lembut mengikuti dawai angin..
Sebuah mata air berwarna biru terang menghentikan pancuran gerlap nya seketika..
Bertanyalah seorang pria rupawan yang tengah duduk dengan nyaman di atas balai beralas sutera lembut sewarna mentari senja yg terindah…,
”Wahai si Pemilik Hati Mulia.. Selamat datang di Surga.. Mengapakah engkau memasuki Surga dengan mata yg buta, pakaian duniawi yang sahaja, dan wajah yang tidak rupawan..?
Bukankah engkau cukup meminta padaNya, maka buta-mu akan segera sirna, pakaianmu akan segera berganti indah..dan wajahmu akan setampan para bidadari pria di Kampung Abadi ini…”
Dengan tersenyum, sang Pria Buta berkata: “Aku yang meminta padaNya yang Maha Lembut dan Penyayang, agar mataku tetap buta.. Wajahku tetap tidak tampan dan soal pakaianku.. Apalah artinya pakaian ku?
Bukankah aku tak ingin dan tak bisa melihatnya dalam cermin..?”
Pria rupawan, penghuni surga menjadi penasaran, bangkitlah ia dari duduk nyaman nya..
Para Bidadari yang mengelilinginya dan para penghuni lainnya menghentikan percakapan merdu mereka… Terkejut dengan jawaban sang Pria Buta…
Semua terdiam dan berjalan perlahan mendekati sang penghuni baru, sang Pria Buta yang sederhana..
Musik dari Harpa Surgawi terhenti.. Buah buahan merah keemasan segera bersembunyi diantara dedaunan hijau beludru karena terkejut dan malu..
Bertanyalah para penghuni surga hampir serempak, kebingungan: “Namun..mengapakah engkau meminta hal yang demikian saudaraku…?
Bukankah Tuhan kita Maha Kaya, Maha Kuasa, Maha Indah..? “
“Mintalah..
Mintalah..
Mintalah..”
Desak mereka penuh empati..
Berkatalah si Pria Buta sambil bertelekan pada tongkat tua-nya..
“Wahai Majelis Surga yang mulia.. sesungguhnya buta-ku inilah yang membawaku ke sini..
Buta-ku lah yang membuatku mencintai Tuhan kita sejak mula kusadari arti penderitaan ku sebagai manusia cacat yang tak sempurna…”
Kedua malaikat di kedua sisi pria buta kemudian serentak mengembangkan sayap mereka, tanda penghormatan dan reflek mengucapkan kalimat pujian pada Tuhan yang Maha Sempurna,
Pria Buta melanjutkan:
“Sejak aku kecil, Tuhan telah “menampakkan” wajah Nya di hatiku..
Ia mengasihiku, Ia merawat imanku dan Ia memberi kekuatan kapanpun kuminta…”
“Aku hidup penuh nikmat karunia di dunia… Orangtuaku yang tidak buta dan kaya raya,
mengasihiku mencukupi kebutuhanku dan mereka menjodohkanku dengan seorang gadis cantik, cerdas, idaman banyak pria.. “
“Mataku yg buta melindungiku dari durhaka kepada ibu dan bapa
Mataku yang buta melindungiku dari serakah dan riya
Mataku yang buta melindungiku melihat kemolekan isteriku sehingga aku terhindar dari pemujaan dan kekhawatiran ku akan kehilangannya…
Mataku yang buta pula lah yang melindungiku dari rasa pedih dan perih karena melihatnya berpaling pada pria lain…
Mataku yang buta melindungiku dari sifat membanding bandingkan harta bendaku dengan tetangga dan sesama..
Mataku yang buta membuatku selalu memiliki malu, dan membuatku bergantung dan bersandar hanya padaNya
Mataku yang buta membuatku leluasa memandang wajahNya… ditemani para malaikat dan mendengar suara surga di kejauhan..”
“Apa artinya penglihatan jika itu tidak membuatku bahagia…?
Membuatku melupakan wajah penuh kasih Nya..
Membuatku kehilangan kedekatan istimewa ini..?”
Bertanyalah seorang penghuni surga karena penasaran …
“Bukan kah fitrah manusia untuk mencari bahagia dan dipenuhi oleh kesenangan…?
Jerih payah dan ketaatan kita di dunia, dibayar dengan kebahagiaan tak terbatas di sini,
di Kampung Abadi ini, bukankah demikian…?”
Pria Buta balik bertanya: “Apakah kalian mencapai surga karena kerinduan bertemu denganNya
juga karena keikhlasan kalian berbakti padaNya…?”
semua penghuni surga yang mulai berdatangan mengelilingi pria buta ini, serempak menjawab: “Ya.. Tentu saja… Kami ingin bertemu dengan Dia pemilik kita semua.. Juga ikhlas beribadah dan berbuat kebaikan agar kami selamat tiba di Kampung Abadi ini..”
Si Pria Buta kembali bertanya: “Apakah kalian semua, disini, memandang Nya dengan mata dunia kalian…?
Kedua kornea dan iris beraneka warna milik dunia fana..? Terlihatkah Wajah Tuhanmu…? ”
Mereka semua terdiam..
Terdengar suara ribuan sayap malaikat berderak berkelepak serempak gemuruh memanjatkan pujian pada Sang Pemilik Sejati…
Penuh takzim, khidmat dan gentar..
Menjawablah salah seorang dari mereka: “Tidak.. Wahai pemilik hati mulia.. Kami tetap tidak mampu memandangNya dengan mata duniawi kami yg telah fana… Kami memandangNya melalui Ruh kami.. Mata batin kami.. Sungguh tidak sanggup kami menyombong telah berani memandang Tuhan kita..”
Kemudian Pria Buta menjawab: “Demikian pula mataku.. Aku telah diberi anugerah besar sepanjang hidupku di dunia, karena aku dapat memandangNya bukan dari kegelapan mataku yang hampa karena buta,
namun dari cahaya hatiku..”
Ia melanjutkan: “Kebahagiaanku telah terpenuhi… Aku memohon diijinkan ke surga, karena sejak ku hidup di dunia.. aku setiap hari memohon padaNya, agar kelak aku diijinkan memiliki pasangan hidup sejati, sahabat bagi jiwaku.. Seorang tempatku bercerita..bercengkrama dan mendengarkan semua rasa sepi dan penasaran ku pada isi dunia… Aku mencari belahan jiwa yang sejati di SurgaNya ini… ”
Penghuni surga senyap dalam penghormatan dan pemahaman…
Lalu berkatalah si Pria Buta..
“Wahai Malaikat para penuntun jiwa yang mulia..
Sudikah kalian mengantarkan aku pada bidadari yang kucari…?”
Hening kembali
Lalu berkatalah salah seorang malaikat, “Telah kami sediakan ratusan bidadari bagimu, kami tidak hendak memaksa… Atau memilihkan.. Engkaulah yang berhak memilih diantara demikian banyak bidadari penghuni Kampung Abadi..”
Pria Buta kemudian dituntun duduk ke sebuah sofa lembut berwarna ungu kebiruan..
Terdengar desir gaun halus para bidadari melangkah mendekat…
Satu persatu mereka dengan sopan dan lemah lembut mendekat dan meminta ijin utk dipilih sebagai pendamping..
Bidadari dengan tawa paling renyah menggembirakan hati
Bidadari yang menyuapi dengan buah2an surga dan membawa bejana anggur yang lezat
Bidadari bersuara emas bernyanyi merdu menggetarkan hati
Bidadari yang memperdengarkan permainan Harpa Surgawi yang merdu menembus dinding2 surga..
Bidadari yang membawa jubah dan bantal-bantal lembut yang menghangatkan..
Bidadari dengan harum yang segar dan manis, memabukkan
Mereka semua ditolak..
Berkatalah sang Pria Buta: “Aduhai…bukankah Kampung Abadi ini tempat meminta yang tak terbatas…?
Aku tidak menuntut kemolekan dan kenikmatan syahwat, aku tidak meminta keindahan rupa dan kemewahan benda-benda karena aku memilih buta, akupun tak tergiur makanan lezat karena aku telah kenyang dan kecukupan… ”
“Mengapakah belahan hatiku, sahabat jiwaku tak jua kau bawa kesini..
wahai Malaikat penjaga langit yang perkasa… ?
Aku merindukan suara seseorang yang tulus bicara melalui hatinya bukan karena ia diperintahkan demikian.
Aku merindukan genggaman tangan yang hangat, yang akan menuntunku berkeliling Surga dan menceritakan padaku tentang isi Surga dan penghuninya.. Aku merindukan seorang sahabat yang memahami apa yang kusuka dan apa yang ku tak suka.. Tertawa bersamaku, tertidur karena lelah bercerita bersamaku dan menerima butaku sepenuh cintanya… ”
Gemuruh suara sayap berkerepak tertutup karena malu dan takjub..
“Wahai hati yang mulia..Kami tiada lagi memiliki bidadari cantik nan pandai dan menyenangkan hati… Mintalah pada Tuhan kita..Dia Maha Kaya, Maha Kuasa.. Penuh Cinta.. “
“Mintalah..
Mintalah..
Mintalah…” Suara para Malaikat lagi dengan iba dan gelisah..
Lalu diantara barisan Malaikat itu terdengar suara salah satu Malaikat bicara: “Wahai manusia istimewa ..tinggal ada seorang bidadari yang menjaga Semak Saliara di tepi Sungai Anggur di Timur Kampung Abadi… Yang tidak pernah mau datang untuk melayani penghuni Surga yang baru tiba.. Namun sayang sekali dia buruk rupa..” Kata sang Malaikat lirih..
Penasaran… Bertanyalah Pria Buta tersebut: “Wahai..apakah yang menyebabkan seorang bidadari rela berwajah buruk diantara keindahan maha sempurna ini…?”
Menjawab Sang Malaikat: “Ia keras kepala.. Ia menentang keabadian.. Ia bersikeras meminta fana dan dijadikan manusia biasa… Karena Takdirnya sebagai bidadari yang telah banyak mengetahui rahasia Surga,
permintaan nya ditolak.. “
“Ia dihukum dengan pilihan yang sulit, Ia harus tetap tinggal di Surga dengan hati yang dimilikinya, atau dengan wajah cantiknya, ia tak boleh memiliki keduanya… Ia harus memilih salah satu saja : wajah cantik atau hati nya yang bergejolak penuh riak bagai hati manusia…
Ia pun diharuskan untuk menjaga pohon Semak Saliara di tepi Sungai Anggur Magenta sepanjang hidupnya hingga kelak tiba akhir zaman manusia, ketika manusia mulai berdatangan memasuki Kampung Abadi ini”
Pria Buta memiringkan kepalanya mendengarkan dengan seksama kemudian berkata: “kuduga, bidadari keras kepala ini lebih memilih hatinya….”
Suara Malaikat menjawab: “Benar.. Bidadari itu lebih memilih berwajah buruk rupa dan memohon pada Tuhan agar tidak mengganti ruhnya, sehingga ia tetap dapat memiliki hati dan pemikirannya sendiri..dan ia pun menyanggupi memelihara Semak Bunga Saliara seumur hidupnya..”
“Apakah arti Semak Bunga Saliara itu wahai Malaikat Pengabar Berita ?”
“Semak itu hanya akan berbunga aneka warna bila disirami dengan cinta dan pemahaman..
Akan subur dan kokoh dengan kesabaran dan penerimaan diri yang sejati.. Semak Bunga Saliara akan memancarkan pengetahuan akan kehidupan di dunia yang didamba dan dirindukan sang Bidadari buruk rupa..”
Sang pria buta tertegun sejenak kemudian dengan santun berkata: “Sudikah kiranya engkau membawa ia padaku… Wahai Para Penjaga Cahaya..?”
Maka bergerepak lah suara sayap malaikat bergegas mencari si Bidadari Buruk Rupa..
Tak berapa lama…
datang di hadapan Pria Buta,
Seorang bidadari yang tidak secantik dan semolek ratusan bidadari sebelumnya..
Ia melangkah mendekat dan bergegas menggenggam kedua tangan pria buta…
Dicampakkannya tongkat penuntun, dibantunya pria itu berdiri..
Kemudian terdengar ia berbicara pada pria yang baru tiba di Kampung Abadi itu..
Suaranya lembut namun jelas…
Penuh cinta namun menuntun..
Renyah merdu namun penuh persahabatan,
Ia berkata: “Wahai belahan jiwaku.. Aku telah menunggumu hadir selama semai Saliara berbunga..
Dari sepokok yang rapuh hingga kini aku mampu memenuhi seluruh taman bunga Kampung Abadi
pada tujuh lapis Surga dengan warna warni Bunga Saliaraku…
Aku belajar dan jutaan tahun belajar…
Aku memahami bahwa bahasa manusia yang paling mendasar adalah cinta…
di tiap helai daun dan tiap kelopak mungil Saliara ratusan warna, mereka mengajariku segala sesuatu tentang manusia..
Aku mencintai manusia yang manusia…
Aku merindukan manusia karena mereka dipenuhi oleh cinta….”
“Akupun merindukan saat-saat pertemuan ini tiba…
Ketika aku dihukum olehNya karena kekasaranku dan penolakanku akan takdirNya…
Aku tau, Dia yang Maha Penuh Cinta akan mempertemukan aku dengan manusia sebagai jodohku yang sejati…
Dia memahamiku..
Dia mencintaiku..
Dia merancang jalan pertemuan yang paling indah bagi yang mencintaiNya…”
Keduanya lalu berjalan bersisian… Pria Buta berkata penuh kasih: “Aku memimpikan ini di setiap malam dalam hidupku di dunia… Aku merindukan seseorang yang mau mendengarkan kesunyian hatiku, harapanku, ekspresi marah dan cemburuku.. Ketakutanku dan khayalan-khayalan sintingku… Akupun akan senang hati mendengarkan celotehmu bidadariku… Semua kisahmu yang penuh keajaiban selama menanti Saliara berbunga… Akupun akan dengan bahagia mendengarkan kisahmu tentang seluk beluk Surga dan penghuninya..
Aku yakin, rangkaian kata-katamu akan jauh lebih indah dari Surga itu sendiri…”
“Dia yang Maha Penuh Cinta..
Dia yang Maha Baik telah menetapkan takdir yang terindah bagi kita semua…
Surga sebenarnya adalah tempat semua harapan dan keinginan kita tentang bahagia akan terwujud…
Aku menginginkan selalu dapat memandang wajahNya sama spt saat ku hidup di dunia, maka menjadi tetap buta adalah pilihanku…
Kemudian aku menginginkan seorang kekasih hati,
sahabat jiwa yang setulus hati mencintaiku, memahamiku dan menuntunku menikmati hidupku…telah kudapatkan pula kini…. keduanya terpenuhi.
Inilah surgaku… Inilah puncak kebahagiaanku…”
Sayap ribuan Malaikat bergerepak serempak bergemuruh ketika mereka menggumamkan kata:
“Amiin” secara bersamaan…
Penghuni surga serempak mengucapkan salam dalam kelembutan suara membahana yang menggetarkan..
Pria Buta dan Bidadari Buruk Rupa berjalan perlahan penuh cinta menuju rumah abadi mereka: Taman Cinta Saliara..
(Kupersembahkan bagi sahabatku terkasih: Alm. Pulih Asriadi… semoga engkau mendapatkan bidadari “buruk rupa” pilihanmu , di surga…)
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: