Connect with us

Lifter Terbaik Asia

Eko Yuli Irawan
Eko Yuli Irawan

Siapa sangka di balik emas yang diperoleh Eko Yuli Irawan ternyata ada cerita bahwa nomor di cabangnya hampir dicoret di Asian Games 2018. Dengan perjuangan kru di belakangnya, disertai konsistensi Eko, penantian emas Indonesia terjawab.

Raihan ini juga sekaligus jadi pembuktian dari Eko bahwa usia tak menjadi rintangan. Meski langganan medali di tiga olimpiade, Eko baru pertama mendapat emas Asian Games. Kini pun ia kembali membidik Olimpiade Tokyo 2020.

Emas di Asian Games 2018 sudah ia nantikan selama 8 tahun. Ia sudah membidiknya sejak tampil perdana di Guangzhou 2010. Saat itu ia membawa pulang perunggu.

Baca Juga:

Empat tahun berikutnya, ia kembali dapat perunggu di Incheon 2014. Barulah di Jakarta, Eko Yuli Irawan di hadapan Presiden Joko Widodo yang menyaksikan langsung di JIEXpo, membuktikan diri sebagai lifter terbaik Asia.

Bagi tim angkat besi, emas ini jadi pelepas dahaga. Sejak ikut dalam AG 1962, Indonesia belum pernah emas. Prestasinya mentok di 7 perak dan 15 perunggu.

Sama halnya di tingkat Olimpiade. Sejak Sydney 2000, Indonesia sebenarnya selalu dapat medali. Tapi emas selalu lepas dari genggaman.

“Saya katakan kepada atlet, bahwa kita harus membuktikan persiapan dan pengorbanan selama bertahun-tahun berbuah medali emas. Dari penampilan di Asian Games, pelatnas akan terus berlanjut hingga Olimpiade 2020,” ujar Ketua Umum PB Pabbsi Rosan Perkasa Roeslani.

Ya, Eko kini menatap Olimpiade. Hanya saja ia harus bersiap berlaga di Kejuaraan Angkat Besi Dunia. Sebab ini menjadi ajang kualifikasi Olimpiade, di Ashgabat, Turkmenistan, 1-10 November.

Olimpiade sekarang beda dengan sebelumnya. Saat ini memakai sistem kualifikasi kelompok. Hal ini sudah ditetapkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) mulai Tokyo 2020 nanti.

Karena itulah Eko berharap dukungan nyata dari pemerintah untuk mengantarnya ke Olimpiade 2020.

“Kami harap ada perhatian lebih serius dari pemerintah untuk atlet angkat besi, terutama terkait nutrisi. Dengan usia tak lagi muda, menurunkan berat badan tidaklah mudah. Perlu penanganan serius untuk nutrisi dan pemulihan tubuh untuk mengantisipasi cedera,” kata Eko.

Seperti dikatakan tadi, perjalanan merebut emas Asian Games sempat dihantui kegagalan berlaga. Eko pernah tifus jelas Asian Games. Sampai dirawat pula.

Lantaran itu, Eko terpaksa absen dari pelatnas angkat besi selama sebulan. Eko pun diragukan tampil. Berat badannya juga berubah.

Nah, saat masih sakit, kabar buruk datang. Ia mendapati informasi bahwa kategori 62 kg dicoret dari Asian Games. IWF memutuskan dari delapan kategori putra, satu dicoret jadi tinggal tujuh.

Keadaan ini membuat Eko harus pindah kelas. Saat itu, ada wacana kalau dirinya akan dipindahkan ke kelas 69 kg. Menurutnya, hal itu lebih masuk akal dibandingkan turun ke kelas 56 kg.

“Tapi saya pribadi lebih nyaman bermain di kelas 62 kg. Kesempatan meraih emas juga lebih terbuka. Tetapi, kalau tidak bisa, apa boleh buat,” kata Eko, saat itu.

Bagi atlet angkat besi, menurunkan berat badan sangatlah sulit. Eko pun mengakuinya. Jangankan turun ke 56 kg, untuk tetap berada di 62 kg saja ia harus diet ketat. Diet juga berisiko karena bisa mengurangi kekuatan.

Hal inilah yang kemudian menimbulkan keresahan tim Indonesia. Keadaan ini didengar Kemenpora, Panitia Pelaksana Asian Games Indonesia (Inasgoc), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan PB PABBSI. Indonesia terancam kehilangan emas lagi gara-gara penghapusan kelas andalan.

Sadar akan hal itu, lobi dilakukan. Satu per satu, pengurus mendatangi Dewan Olimpiade Asia (0CA), Federasi Angkat Besi Asia (AWF), dan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF). Lewat pembicaraan alot, akhirnya kelas 62 kg kembali dimainkan pada Asian Games.

“Medali ini merupakan penebusan saya kepada semua pihak yang sudah memperjuangkan agar kelas andalan Indonesia bisa dimainkan.

  • Halaman :
  • 1
  • 2
Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya