Negaranya Melaju ke 16 Besar, Ibrahimovic Malah Buat Pernyataan Kontroversial
Rusia – Entah sombong atau apa, bukannya mengapresiasi, megabintang Swedia, Zlatan Ibrahimovic malah membuat pernyataan kontroversial. Ia menilai penampilan Swedia tak sebagus kala dirinya masih berada di dalam tim.
Ia mengatakannya sesaat sebelum Swedia akan melakoni laga pamungkasnya di Grup F Piala Dunia, di Ekaterinburg Arena, Rabu (27/6) melawan Meksiko.
Saat itu, Swedia membutuhkan kemenangan dengan banyak gol jika ingin lolos ke 16 besar. Itu pun jika Jerman tersandung atau cuma menang tipis dari Korea Selatan.
“Saya melihat ada yang berbeda di timnas Swedia di Piala Dunia 2018. Awalnya, di pertandingan pertama, saya menilai tim bisa berbuat lebih baik jika ada saya. Sejujurnya saya merasa bisa berbuat lebih baik dari mereka semua,” tegas Ibra dilansir dari ESPN.
“Tapi, biarlah. Ada saatnya kita membiarkan mereka melakukan itu dan menikmati hal itu karena di tempat saya berasal, mereka tidak menerima saya,” ketus pemain yang kini membela LA Galaxy itu.
Baca Juga: Disakiti Korsel, Jerman Terkena Kutukan Juara Bertahan dan Pulang Kampung Duluan
Hingga akhirnya ucapan sombongnya itu rupanya menyentil pasukan Swedia. Wakil Skandinavia tersebut berhasil mematahkan semua prediksi pengamat sepak bola.
Mereka lolos secara dramatis ke babak 16 besar setelah menjinakkan banteng mengamuk, Meksiko, 0-3.
Kemenangan di pertandingan terakhir Grup F Piala Dunia, di Ekaterinburg Arena, Rabu (27/6) itu, bahkan cukup untuk menggusur El Tri ke posisi runner up. Hasil ini juga membuat juara bertahan Jerman pulang kampung lebih cepat.
Entah apa respons Ibra setelah Swedia berhasil lolos dengan status juara grup.
Yang jelas, sampai hari ini Ibra masih merasa pantas masuk skuat utama. Ia mengklaim dirinya yang sudah berusia 36 tahun itu masih layak menjadi pemain paling berpengaruh dan sekaligus pemimpin tim.
Ibra pun berulang kali mengeluh dan menegaskan bahwa dirinya tidak dipanggil karena tidak disukai.
“Saya dianggap berbeda. Saya berasal dari latar belakang yang berbeda. Saya sudah melewati banyak hal berat dan menjadi kapten tim nasional. Mereka tidak bisa menerima jika saya mencapai lebih dari itu,” tutupnya.
Terlepas dari itu, setidaknya Swedia sudah membuktikan ucapan Ibra tak lebih dari celotehan kekecewaan. Toh tanpa Ibra, Swedia tetap mampu menunjukkan permainan gemilang.
Para pemain juga di bawah kepemimpinan kapten baru, Andreas Granqvist, tetap menjadi pembunuh raksasa.
Ingat, Swedia adalah negara yang membuat Italia gagal berlaga di Piala Dunia 2018. Mereka menyingkirkan Gli Azzuri di babak play off. Swedia juga pembunuh Belanda yang juga tak bisa ikut kejuaraan empat tahunan ini karena kalah saing di kualifikasi grup.
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: