Mengenal Spesies Orangutan Baru dari Tapanuli Selatan
Tapanuli Selatan – Akun Twitter Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Jumat (3/11) kemarin heboh soal spesies baru Orangutan, yakni Orangutan Tapanuli di Batang Toru, Sumatra Utara. Orangutan Tapanuli ini dinyatakan sebagai spesies kera besar di dunia. Secara taksonomi, kera ini lebih dekat dengan Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus), sehingga harus dipisahkan menjadi spesies sendiri, yang merupakan moyang dari Orangutan Sumatra dan Kalimantan.
Sejumlah netizen pun menaruh hati pada spesies khas Indonesia ini. Beberapa prihatin akan punah, lainnya berharap pemerintah bisa menjaga keberadaan spesies baru ini.
Menurut Kementerian LHK, dari segi fisik, Orangutan Tapanuli atau Pongo Tapanuliensis memang memiliki ciri-ciri hampir serupa dengan Orangutan Sumatra. Warna rambut dan bentuk badan sama, hanya saja Orangutan Tapanuli punya bulu cenderung lebih tebal dan keriting.
Ia juga punya kumis yang lebih menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar dan dipenuhi rambut halus berwarna putih. Sementara jantan dewasa memiliki ukuran bantalan pipi lebih besar sehingga mirip dengan Orangutan Kalimantan. Untuk betinanya, memiliki rambut pada bagian dagu wajah (janggut), yang lebih mirip dengan Orangutan Sumatra daripada kalimantan.
Spesies ini ditemukan LIPI bersama Institut Pertanian Bogor (IPB), Yayasan Ekosistem Lestari, Yayasan Orang Utan Sumatera Lestari, dan University of Zurich. Penelitian tersebut dipublikasikan ke jurnal Current Biology untuk mengesahkan penemuan baru tersebut.
“Genetiknya mirip Kalimantan, tapi ditemukan di Sumatera,” ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Senin (30/10) lalu. Orang Utan Tapanuli akhirnya ditetapkan sebagai jenis kera baru berdasarkan genetika, morfologi, dan perilaku.
“Jenis kera besar yang terlangka dan terancam di dunia,” lanjut Siti sambil menjelaskan bahwa Orangutan Tapanuli ini jumlahnya kurang dari 800 dengan luas persebaran sekitar 110.000 hektare.
Peneliti dari Institut Pertanian Bogor yang mempelajari genetika konservasi dari spesies orangutan di Sumatra, Puji Rianti, mengatakan tindakan mendesak diperlukan untuk meninjau ulang usulan-usulan pengembangan daerah di wilayah ini. “Sehingga ekosistem alami tetap terjaga demi keberlangsungan hidup orangutan tapanuli di masa depan,” terangnya.
Ya, seperti dijelaskan tadi, Orangutan Tapanuli memang hanya mendiami wilayah kurang dari 110.000 kektare dari luas Batang Toru 150.000 hektare. Mereka hanya ditemukan di tiga Kabupaten Tapanuli, yaitu Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan.
Adapun dari segi populasi dan hidup, jumlah Orangutan Tapanuli kurang dari 800 individu, sangat lambat dalam berkembang biak, hidup sampai usia 50-60 tahun, jarak melahirkan 8-9 tahun dan rata-rata punya anak pertama di usia 15 tahun.
Fakta Orangutan Tapanuli
1. Populasinya kurang dari 800 individu
2. Sangat lambat dalam berkembang biak
3. Hidup sampai usia 50-60 tahun
4. Jarak melahirkan 8-9 tahun
5. Rata-rata memiliki anak pertama di usia 15 tahun
6. Dinyatakan sebagai spesies kera besar terbaru di dunia, ditemukan di Ekosistem Batang Toru, di hutan dataran tinggi, di 3 kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara.
7. Secara taksonomi lebih dekat dengan orangutan Kalimatan, Pongo pygmaeus, sehingga harus dipisahkan menjadi spesies sendiri. Merupakan moyang dari kedua jenis kera besar Pongo abeli dan Pongo pygmaeus.
8. Orangutan Tapanuli baru ditemukan kembali pada akhir 1990-an dan ditetapkan sebagai jenis baru berdasarkan penelitian genetika, morfologi, dan perilaku yang unik.
9. Jenis kera besar terlangka dan terancam di dunia (dinyatakan lebih langka dibanding gorila gunung Afrika).
Novianto
BERITA
Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik
Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.
“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).
Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.
“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.
Baca Juga:
BERITA
Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik
Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.
“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).
Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.
Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.
“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.
Baca Juga:
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga: