Connect with us

Pemerintah Lakukan Diversifikasi Usaha Perikanan

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Sjarief Widjaja (Foto: maritimnews.com)

Jakarta – Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah berupaya melakukan diversifikasi bisnis perikanan guna mendorong geliat usaha dan menjaga keberlanjutan bisnis di sektor perikanan Indonesia. Hal ini, sebagai solusi atas melemahnya industri surimi akibat menipisnya bahan baku yang tersedia.

DJPT pun telah melakukan pertemuan dengan sejumlah pengusaha dari 14 perusaan surimi untuk membicarakan reorientasi pengembangan industri perikanan tangkap termasuk Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I).

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Sjarief Widjaja mengatakan, karakter perikanan Indonesia sangatlah unik. Luas Indonesia sangat luas mencapai 5,8 juta km persegi yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian timur Papua yang secara geografis melekat pada Benua Australia, bagian barat Indonesia hingga Kalimantan yang secara geografis melekat dengan benua Asia, dan bagian Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masuk pada samudera lepas.

Ketiga bagian tersebut juga memiliki spesies ikan yang berbeda-beda. Di bagian barat misalnya, ditemukan jenis ikan kerapu, kakap merah, lobster, udang, dan sedikit ikan kembung, ikan layang, dan tongkol. Sedangkan di perairan bagian Papua terdapat spesies seperti cumi, kakap merah, ikan gulama, udang, dan beberapa spesies lainnya. Adapun di bagian samudera lepas hidup migratory fish, seperti tuna, tongkol, dan cakalang.

Meskipun laut Indonesia kaya akan berbagai spesies ikan, menurut Sjarief jumlah masing-masing spesies tidaklah banyak, sehingga industri yang hanya mengandalkan satu spesies ikan saja tidak akan bisa bertahan lama. Terlebih jika industri tersebut bersifat massif.

Begitu pula dengan industri surimi yang berbasis pada ikan kurisi saja atau ikan kuniran atau ikan mata goyang atau ikan-ikan tertentu lainnya. Kecepatan produksi pada industri ini jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan regenerasi ikan yang digunakan sebagai bahan baku, sehingga dalam waktu dekat industri akan kesulitan menemukan bahan baku.

“Negara kita berbeda dengan Argentina, Chili, Alaska, atau Kanada, di mana mereka memiliki jenis ikan misalnya Anchovy atau Alaska Pollock yang jumlahnya jutaan ton atau massif. Tapi negara kita tidak seperti itu, kita memiliki banyak jenis ikan tetapi volumenya sedikit. Oleh karena itu, kami mengusulkan kepada pelaku usaha Surimi agar membuat industri perikanan yang berbasis pada spesies lokal,” papar Sjarief dalam keterangan tertulis yang diterima Fakta.news di Jakarta, Rabu (17/1).

Ilustrasi Industri Perikanan

Ilustrasi Industri Perikanan

Sjarief mengatakan, industri surimi tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus dikombinasikan dengan jenis usaha perikanan lainnya seperti frozen seafood, fillet, loin (tuna) ataupun ikan segar.

“Kita bisa kombinasikan dengan fresh frozen kakap merah, fillet kakap merah atau gulama, atau misalnya loin tuna, atau bahkan jual ikan segar langsung.  Kita harus bisa multiproduk, multispesies dengan added value (nilai tambah) yang tinggi. Kalau hanya mengandalkan surimi, maka populasi ikan itu sendiri akan lebih cepat menipis,” ujar Sjarief.

Sjarief menambahkan, jika diversifikasi usaha, perikanan tangkap tidak segera dilakukan, pasalnya industri surimi tak akan bertahan lama. Nelayan tidak dapat menyediakan bahan baku yang dibutuhkan industri, dan dengan semakin tidak dapat tangkapan, semakin intensif dan efisien jaring yang mereka gunakan. Ujung-ujungnya akan semakin merusak lingkungan.

“Satu pabrik surimi butuh 1.500 ton ikan sebulan, kalau ada 10 perusahaan saja, sudah berapa ikan yang dibutuhkan. Kalau kita memaksakan pemenuhan kebutuhan itu, ikan pasti akan habis. Jadi kita akan mendorong surimi untuk menurunkan kapasitasnya dan beralih ke unit usaha baru. Untuk itu, pemerintah menawarkan kerja sama untuk mulai membuka unit baru, tidak di Jawa, tetapi di sentra-sentra perikanan kita,” ungkapnya.

Adapun lokasi yang ditawarkan di antaranya Merauke, Dobo, Tual, Saumlaki, Timika, Sebatik, dan Natuna. Sebagai tindak lanjut rencana ini, KKP akan memboyong pengusaha untuk melihat sentra-sentra perikanan tersebut dan fasilitas-fasilitas yang tersedia. Untuk mengukuhkan kesepakatan ini, dalam waktu dekat KKP dan industri surimi akan melakukan penandatanganan kontrak kerja sama.

“Kita siapkan armada kapal angkut dari Merauke ke Jawa (untuk mengangkut produk). Dengan begini, nelayan-nelayan yang sudah berpindah ke timur (Indonesia) juga tak perlu khawatir siapa yang akan membeli ikan tangkapan mereka,” tutur Sjarief.

Nyong Syarief

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya