Rayakan Hari Perempuan Sedunia, Barbie Luncurkan Edisi ‘Inspiring Women’
Beberapa sosok yang diadopsi dalam koleksi kali ini mengungkapkan kegembiraannya. Chloe Kim, yang menyumbang medali emas untuk AS pada Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018 menulis di akun Twitternya, “(Saya) sangat senang dihormati sebagai @Barbie Shero bersama perempuan-perempuan luar biasa ini!”.
Nicola Adams menulis, “(Saya) bangga busa bermitra dengan @Barbie. #InternationalWomensDay ini untuk menunjukkan kepada anak perempuan–KAMU BISA MENJADI APA PUN!”.
Sutradara film ‘Wonder Woman’, Patty Jenkins yang banyak dipuji karena mengangkat isu emansipasi perempuan juga mengungkapkan rasa hormatnya. Ia mengaku sangat senang bisa menjadi bagian untuk menginspirasi anak-anak perempuan di masa depan.
Koleksi ‘Inspiring Women’ ini rencananya akan diproduksi massal dan dijual di toko-toko. Masing-masing tokoh yang disertai dengan sebuah buku mini, berisi sejarah singkat tentang eksistensinya.
Belum diketahui secara pasti kapan koleksi boneka ini akan dirilis penuh, serta di negara mana saja penjualannya dilakukan.
Untuk saat ini, koleksi ‘Inspiring Women’ baru melansir tiga tokoh, yaitui ahli matematika Katherine Johnson, seniman Frida Kahlo, dan pilot Amelia Earhart. Ketiganya tersedia untuk pre-order online seharga USD29.99 atau Rp404.000 per buah.
Upaya menginspirasi generasi muda dengan menggunakan boneka wanita dari berbagai profesi ini adalah bagian dari program Shero Barbie, yang dimulai pada tahun 2015. Pada 2017, Barbie sempat merilis koleksi serupa untuk mendukung gerakan emansipasi wanita.
Sebelumya, ada beberapa figur yang diangkat di antaranya adalah atlet angkat besi Gabby Douglas, dan aktris Wmmy Rossum yang dikenal luas aktif menyuarakan tentang isu kemandirian wanita. Begitu pula dengan beberapa perempuan yang dianggap mengukir sejarah seperti atlet anggar Ibtihaj Muhammad yang bonekanya jadi Barbie berhijab pertama, penari ballet Misty Copeland, sutradara Ava DuVernay yang merupakan perempuan Afrika-Amerika pertama yang dinominasikan dalam Golden Globe, sosok berpengaruh di dunia fashion Eva Chen, dan model bertubuh besar Ashley Graham yang mendobrak stigma bahwa model harus kurus.
Monica
- Halaman :
- 1
- 2
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga:
BERITA
Film Bali Tentang Gamelan Dapat Pujian Sineas Dunia
Jakarta – Nama Indonesia, khususnya Bali kembali harum di pentas Internasional. Adalah film Bali: Beat The Paradise karya sutradara Tanah Air Livi Zheng yang dipuji para sineas mancanegara.
Bahkan tiket premier film tersebut sold out di New York, Amerika Serikat. Film Bali: Beats of Paradise sangat kental dengan budaya Bali, khususnya gamelan. Tak heran, berita ini menjadi angin segar bagi Indonesia.
Pemutaran premier Bali: Beats of Paradise dilakukan di Academy of Motion Picture Arts and Sciences. Atau lebih dikenal sebagai Headquarter Oscar. Film ini sudah diterima panitia Oscar dan sedang berjuang untuk masuk dalam salah satu nominator peraih Piala Oscar.
Kehadiran Bali: Beats of Paradise mampu menyita perhatian praktisi dan sineas dunia. Bahkan mereka ramai-ramai memuji film ini.
Stuart Brazell dari salah satu Stuart Says memuji karya dari Livi Zheng, sutradara asli Indonesia. “Bali: Beats of Paradise adalah film dokumenter yang sangat bagus. Sangat keren dan penuh dengan cerita kehidupan,” papar Stuart dalam keterangan tertulis dari Kementerian Pariwisata, Selasa (20/11/2018).
Pujian juga dilayangkan oleh Yorma Madus dari Cinemacy. Ia mengaku kagum akan kualitas suara film Bali: Beats of Paradise.
“Sebuah karya yang memadukan suara dan warna yang sempurna,” katanya.
Sementara Myrah dari MamaCita mengatakan bahwa Bali: Beats of Paradise menjadi inspirasi bagi film-film dokumenter lain. Ada juga praktisi film Amerika Nicole Rucci yang hadir dan mengatakan Bali: Beats of Paradise bagus karena telah dipersiapkan dengan maksimal.
Baca Juga:
BERITA
Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald, Di Bawah Ekspektasi
Fantastic Beasts and Where To Find Them pada 2016 lalu telah menarik hati Potterhead yang rindu pada seri Harry Potter. Kini, Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald ingin mengulangi sukses yang sama.
Cerita kali ini dimulai beberapa bulan setelah Newt Scamander menangkap Gellert Grindelwald dan berhasil menahannya. Namun penyihir jahat tersebut berhasil melarikan diri dan siap bikin kekacauan lagi. Misinya satu, memecah belah para penyihir darah murni.
Di cerita kali ini ia kembali mengincar Credence untuk memanfaatkannya. Sementara, semua orang memburu mereka, Credence masih aja mempertanyakan soal asal usulnya.
Baca Juga:
- Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, Bukti Kualitas Luna Maya
- Mile 22: Ketika Aktor Indonesia Jadi Pemeran Utama di Film Hollywood
- The Nun: Sensasi Horor Bersama Valak
Nah, sebelum mengulas lebih jauh, perlu diketahui dulu, Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald ini prekuel dari seri Harry Potter. Namun beberapa kritikus justru menilai sekuel kali ini tidak mencapai ekspektasi.
Plot yang disampaikan benar-benar padat, jadi terkesan tak efektif. Materi juga terlampau banyak, hingga malah mengorbankan adegan-adegan penting.
Padahal film sebenarnya dimulai dengan baik dan cukup memanaskan adrenalin. Nah yang disayangkan, tak ada pertempuran dahysat baik antara Grindelwald dengan Scamander.
Fokus film ini justru cuma pada kejahatan Gridelwald saja. Meskipun sebenarnya memang baik untuk menjadi jembatan untuk film-film selanjutnya.
Bahkan gegara fokus pada Gridelwald, keberadaan Credence yang juga menarik justru tak terlalu terangkat.
Sederhananya, alur cerita sekuel ini jadi penuh dengan pertanyaan. Artinya untuk yang bukan Potterhead, tentu akan bingung dan bertanya-tanya.
Namun bagi penggemarnya, ada keseruan tersendiri lantaran terungkap hal-hal baru yang bersinggungan dengan cerita Harry Potter. Termasuk soal hubungan Albus Dumbledore dengan Grindelwald.