Mendunia Lewat Film
Berbicara soal film, perkembangan Industri perfilman di tanah air saat ini diakui sudah semakin membaik.Tentu saja dengan kondisi seperti ini tidak luput dari peran besar si pembuat film itu sendiri atau yang lebih dikenal sutradara. Sineas atau sutradara diakui memang memiliki peran penting dalam menyuguhkan bagus atau tidaknya sebuah cerita film. Namun untuk meningkatkan kualitas produksi film juga dibutuhkan kesunguhan dari sineas itu sendiri. Sehingga dari situ para sineas mampu bersaing dengan sineas dari luar negeri.
Seperti yang dilakukan oleh sutradara sekaligus produser Hollywood, Livi Zheng. Wanita asal Indonesia ini mengungkapkan, kesuksesan film Indonesia sesungguhnya merupakan sebuah kerja keras dan mimpi dari sineas itu sendiri. “Pertama kita harus mempunyai mimpi dan tujuan, pursue your dream, everything begins with faith. Kerja keras dan pantang menyerah itu tidak bisa di negosiasi dalam kesuksesan,”kata Livi.
Menurut wanita kelahiran Malang, Jawa Timur ini mengakui jika sineas Indonesia sudah seringkali memenangkan festival film international. Namun sangat disayangkan dirinya kurangnya jumlah film dan jumlah sineas justru menjadikan factor utama film Indonesia tidak terlalu dikenal di mata internasional. Pahadal menurut Livi. di Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh negara negara di asia. “Seperti di bidang production design, costume design, fight choreography and we have a distinct music. We should expose this more,”tuturnya.
Pembuat film aksi Brush With Danger ini menilai, jika sah saja perfilman Indonesia mengikuti barometer perfilman yang ada saat ini. Seperti Hollywood, Bollywood dan Nollywood. “Namun kembali lagi film itu adalah suatu hal seni dan sangat subjektif. Jadi bagi saya seperti Hollywood adalah kesempatan saya diterima berdasarkan karya saya bukan berdasarkan umur dan ras saja,”ucapnya. Di era film yang didominasi oleh film laga, Livi berharap para sineas tanah air mampu mengubah cara produksi yang dibuat, seperti salah satunya film yang dirinya buat yaitu Insight,
Livi memaparkan sineas Indonesia memang harus perlu mencari pengalaman sebanyak-banyaknya di berbagai set film, Apalagi waktu di set film itu menurutnya sangatlah berharga karena dari situ semua belajar bagaimana mengatasi problem-problem di set. “Seberapapun matang persiapan kita sebelum syuting, pasti ada hal-hal yang tidak diduga yang terjadi,”paparnya. Livi mencontohkan jika saat berencana syuting outdoor, sineas membayangkan jika nanti cuaca akan bagus, namun jika pada hari tersebut syuting tiba-tiba hujan. “Nah masalahnya bukan hanya dingin dan kehujanan, banyak decision yang harus kita buat,”tambahnya.
Meskipun dirinya sudah berhasil dengan menggarap beberapa film laga di Hollywood, namun menurut Livi, bukan berarti membuat dirinya sudah nyaman berada di puncak karier, justru alumni University of Washington Seattle ini menilai bahwa dengan pencapaianya di Hollywood selama ini adalah sebagai awal karier yang diimpikan setiap orang. “Berhasil di Hollywood tidak membuat itu puncak karier seorang filmmaker. Filmmaker akan membuat film yang lebih bagus seiring dengan perjalanan karier mereka di dunia perfilman Hollywood,” tuturnya.
Livi bercerita ketika awal mulanya dirinya memutuskan untuk menjadi sutradara film di Hollywood, banyak pihak yang mengatakan kepada dirinya jika pemahamannya tentang sutradara disana itu merupakan salah, apalagi dirinya merupakan orang asia, perempuan dan masih muda. Tak hanya di situ saja, tantangan mental juga didapat Livi saat skenario film pertamanya yang ditolak sebanyak 32 kali, namun dirinya tetap kerja keras untuk berusaha.“Tapi aku selalu berusaha untuk mengejar mimpi saya hingga akhirnya disetujui,”ujarnya dengan penuh semangat.
Walaupun ditolak dan tersudut namun Livi tidak merasakan diskriminasi apapun di tempatnya bekerja, meskipun diakuinya pekerja film memang mayoritas adalah laki-laki. “Sebernernya bukan merasa direndahkan tapi sering kali kita bekerja di set film dan hampir semuanya adalah laki-laki,” tuturnya. Namun dari hal tersebut dirinya merasa lebih bersyukur karena menjadi salah satu bagian di Top-Grossing Movies of the Year, dimana hanya dua film yang disutradarai oleh sutradara wanita wanita yang berani.
Memperkenalkan Indonesia di Internasional
Sukses di negeri paman sam tentu tidak membuat Livi lupa akan kampung halamannya yaitu Indonesia. Penggemar actor Bruce Lee ini mengaku sedang menggarap dan membuat sebuah film layar lebar yang memperkenalkan tentang Indonesia. Semangat Livi memperkenalkan tanah kelahirannya di Amerika tentu terinspirasi dari semangat pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini. Livi ingin mencotoh keberanian Kartini dengan memperkenalkan budaya dan pariwisata Indonesia di dunia internasional melalui film Bali : Beats of Paradise yang rencananya akan direlease bulan mei 2017.
Penulis yang juga dosen terbang di beberapa universitas ternama di amerika ini berharap, dari film tentang Indonesia yang digarapnya saat ini supaya bisa menjadi inspirasi bagi setiap sineas muda terutama sutradara wanita. “Supaya wanita mau dan berani untuk berkarya lagi,” kata Livi. Tak hanya itu Dara kelahiran 3 april 28 tahun silam ini berharap pemerintah harus turut serta dalam membangun budaya tanpa diskriminasi terhadap kaum wanita.
“Dalam dunia seni, pemerintah itu ibaratnya adalah orangtua dalam keluarga. Dibalik keberhasilan seorang anak pasti ada dukungan dari orang tuanya,” Livi juga melihat jika semakin banyak pendidikan dan fasilitas program film di Indonesia, akan dipastikan perkembangan di film tanah air lambat laun akan semakin pesat. “Dan dijamin akan lebih banyak lagi jumlah anak-anak muda yang berprestasi,” pungkasnya.
W. Novianto
BERITA
Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?
Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.
Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.
Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.
“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.
“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.
Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.
Baca Juga:
BERITA
Film Bali Tentang Gamelan Dapat Pujian Sineas Dunia
Jakarta – Nama Indonesia, khususnya Bali kembali harum di pentas Internasional. Adalah film Bali: Beat The Paradise karya sutradara Tanah Air Livi Zheng yang dipuji para sineas mancanegara.
Bahkan tiket premier film tersebut sold out di New York, Amerika Serikat. Film Bali: Beats of Paradise sangat kental dengan budaya Bali, khususnya gamelan. Tak heran, berita ini menjadi angin segar bagi Indonesia.
Pemutaran premier Bali: Beats of Paradise dilakukan di Academy of Motion Picture Arts and Sciences. Atau lebih dikenal sebagai Headquarter Oscar. Film ini sudah diterima panitia Oscar dan sedang berjuang untuk masuk dalam salah satu nominator peraih Piala Oscar.
Kehadiran Bali: Beats of Paradise mampu menyita perhatian praktisi dan sineas dunia. Bahkan mereka ramai-ramai memuji film ini.
Stuart Brazell dari salah satu Stuart Says memuji karya dari Livi Zheng, sutradara asli Indonesia. “Bali: Beats of Paradise adalah film dokumenter yang sangat bagus. Sangat keren dan penuh dengan cerita kehidupan,” papar Stuart dalam keterangan tertulis dari Kementerian Pariwisata, Selasa (20/11/2018).
Pujian juga dilayangkan oleh Yorma Madus dari Cinemacy. Ia mengaku kagum akan kualitas suara film Bali: Beats of Paradise.
“Sebuah karya yang memadukan suara dan warna yang sempurna,” katanya.
Sementara Myrah dari MamaCita mengatakan bahwa Bali: Beats of Paradise menjadi inspirasi bagi film-film dokumenter lain. Ada juga praktisi film Amerika Nicole Rucci yang hadir dan mengatakan Bali: Beats of Paradise bagus karena telah dipersiapkan dengan maksimal.
Baca Juga:
BERITA
Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald, Di Bawah Ekspektasi
Fantastic Beasts and Where To Find Them pada 2016 lalu telah menarik hati Potterhead yang rindu pada seri Harry Potter. Kini, Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald ingin mengulangi sukses yang sama.
Cerita kali ini dimulai beberapa bulan setelah Newt Scamander menangkap Gellert Grindelwald dan berhasil menahannya. Namun penyihir jahat tersebut berhasil melarikan diri dan siap bikin kekacauan lagi. Misinya satu, memecah belah para penyihir darah murni.
Di cerita kali ini ia kembali mengincar Credence untuk memanfaatkannya. Sementara, semua orang memburu mereka, Credence masih aja mempertanyakan soal asal usulnya.
Baca Juga:
- Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, Bukti Kualitas Luna Maya
- Mile 22: Ketika Aktor Indonesia Jadi Pemeran Utama di Film Hollywood
- The Nun: Sensasi Horor Bersama Valak
Nah, sebelum mengulas lebih jauh, perlu diketahui dulu, Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald ini prekuel dari seri Harry Potter. Namun beberapa kritikus justru menilai sekuel kali ini tidak mencapai ekspektasi.
Plot yang disampaikan benar-benar padat, jadi terkesan tak efektif. Materi juga terlampau banyak, hingga malah mengorbankan adegan-adegan penting.
Padahal film sebenarnya dimulai dengan baik dan cukup memanaskan adrenalin. Nah yang disayangkan, tak ada pertempuran dahysat baik antara Grindelwald dengan Scamander.
Fokus film ini justru cuma pada kejahatan Gridelwald saja. Meskipun sebenarnya memang baik untuk menjadi jembatan untuk film-film selanjutnya.
Bahkan gegara fokus pada Gridelwald, keberadaan Credence yang juga menarik justru tak terlalu terangkat.
Sederhananya, alur cerita sekuel ini jadi penuh dengan pertanyaan. Artinya untuk yang bukan Potterhead, tentu akan bingung dan bertanya-tanya.
Namun bagi penggemarnya, ada keseruan tersendiri lantaran terungkap hal-hal baru yang bersinggungan dengan cerita Harry Potter. Termasuk soal hubungan Albus Dumbledore dengan Grindelwald.