Connect with us

Terorisme dan Nalar Bengkok Beragama

Terorisme
(Ilustrasi)

Jakarta – Aksi teror kembali mengguncang Indonesia. Tidak sampai sepekan paskatragedi Mako Brimob (10/5) yang menewaskan lima orang polisi, publik dikejutkan dengan rentetan bom tiga gereja di Surabaya (13/5). Belasan manusia meregang nyawa secara mengenaskan, sementara puluhan lainnya terluka. Sangat tragis, pelaku bom bunuh diri ini melibatkan satu keluarga. Suami, istri dan keempat putera-puterinya yang masih belia, berbagi tugas meledakkan bom di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia (GKI), dan Gereja Pantekosta.

Belum kering air mata duka, petang hari bom kembali meledak di Rusunawa Sidoarjo. Esok paginya, ledakan bom bunuh diri terjadi di Polrestabes Surabaya. Jawa Timur yang relatif aman dan kondusif berbalik mencekam. Tragedi ini seolah menjadi puncak dari beberapa aksi teror bom yang pernah terjadi di Indonesia, sekaligus menandai awal bulan suci Ramadhan dengan duka.

Kemudian, ramai-ramai kita mengamini pernyataan klise bahwa terorisme tidak bersumber dari agama mana pun. Agama senantiasa mengajarkan cinta kasih dan perdamaian. Tidak satu pun agama di dunia yang mengajarkan teror dan kekerasan. Terrorist has no religion. Benarkah?

Dalam memahami ini harus dibedakan antara prinsip agama yang berlaku secara umum dengan fakta yang terjadi di lapangan. Secara prinsip, agama tidak pernah sekali pun mengajarkan kekerasan, terlebih melegalkan aksi teror. Akan tetapi secara empirik, para pelaku bom bunuh diri tersebut nyata-nyata memeluk agama tertentu, bahkan tidak jarang mereka juga rajin beribadah. Tidak perlu ditutup-tutupi, karena mengaburkan identitas mereka justeru dapat menjadi bom waktu bagi kita sendiri.

Harus diakui, banyak di antara kita yang mendiamkan dan bahkan menyetujui aksi-aksi intoleransi agama. Kalaupun ada pihak lain yang memberi warning akan penyebaran virus radikalisme, kita justeru balik ngeyel bahwa itu semata dilakukan untuk menyudutkan agama tertentu. Di sisi lain, jika terdapat aksi-aksi terorisme, tidak jarang kita nyinyir sebagai pengalihan isu, rekayasa, maupun konspirasi yang bermotif politis. Di beberapa akun media sosial maupun grup WA yang saya ikuti, tidak sedikit teman yang beropini bahwa para bomber adalah kaum kafir yang mencitrakan diri sebagai muslim untuk merusak citra Islam.

Baca Juga: Dari Islam Muram dan Seram, Menuju Islam Cinta nan Ramah

Baca Selengkapnya
Tulis Komentar

BERITA

Reuni Alumni 212 Jelas Kapitalisasi Agama demi Kepentingan Politik

Oleh

Fakta News
Reuni Alumni 212

Jakarta – Reuni Alumni 212 yang bakal digelar awal Desember di Lapangan Monas Jakarta dianggap bentuk kapitalisasi agama demi kepentingan politik. Reuni tersebut seharusnya tidak diadakan lantaran tuntutan aksi 212 sudah diakomodasi.

Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Lingkar Madani. Ia menilai kegiatan alumni 212 ini bukan murni kegiatan agama, melainkan kegiatan politik. Ia juga keheranan mengapa harus ada acara tersebut. Pasalnya, tuntutan aksi 212 sudah dipenuhi dengan Basuki Tjahaja Purnama dipenjara.

“Itu sudah jelas politik, enggak ada hubungannya lagi dengan agama, enggak ada hubungannya dengan dakwah, apa yang mereka tuntut sudah dipenjara kok. Apalagi gunanya, itu politik murni politik, murni untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah. Saya pikir mereka hanya mau mengapitalisasi agama ini. Mengapitalisasi agama terus-menerus untuk kepentingan politik. Enggak ada hubungannya dengan dakwah,” kata Ray kepada wartawan di D’Hotel, Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

Ray pun mengaku masih belum paham apa sebenarnya tujuan acara reuni alumni 212. Ia membandingkan dengan demonstrasi 1998 untuk menggulingkan rezim Soeharto dan Orde Baru. Usai berhasil menggulingkan, tak ada perkumpulan alumni maupun acara reuninya.

“Yang saya juga enggak mengerti tujuannya apa? Masak demonstrasi pakai alumni, alumni pakai reuni. Ada-ada saja. Yang besar sekali pun perjuangan 98 itu ya berhenti di 98. Waktu jatuh ya jatuh. Bahwa anggotanya membentuk kelompok-kelompok tertentu ya silakan saja. Enggak ada reuni 98 yang jatuhin soeharto, enggak ada,” imbuhnya.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Kubu Jokowi Anggap Amien Rais Tidak Dewasa dalam Berpolitik

Oleh

Fakta News
Bersikap toleran
Amien Rais.(Istimewa)
asasasasa

Jakarta – Kubu Joko Widodo-Maruf Amin menilai, pernyataan Amien Rais yang memaksa Muhammadiyah untuk memihak salah satu calon di pemilihan presiden menunjukkan sikap Amien Rais yang tidak dewasa dalam berpolitik.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin Ace Hasan Syadzily. Selain menunjukkan Amin Rais tidak dewasa, pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Amien Rais bukan negarawan tulen.

“Hanya karena beliau pendukung Prabowo-Sandi mau mendikte Muhamamdiyah mendukung paslon tertentu. Itu menunjukkan ketidakdewasaan politik sebagai politisi yang dikenal selalu menjaga demokrasi,” jelas Ace, seperti dikutip dari Merdeka.com, Rabu (21/11).

Justru, dengan paksaan dan desakan tersebut, suara Muhammadiyah malah enggan memilih Prabowo-Sandi. “Kalau terus menerus seperti itu, saya tidak yakin Prabowo mendapatkan dukungan dari Muhammadiyah,” tegasnya.

Sikap tersebut sama sekali tidak mencerminkan sosok negarawan. Politikus Partai Golkar ini menambahkan, sebagai negarawan, seharusnya Amien Rais menjaga agar ormas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tidak diseret ke ranah politik praktis.

“Sebetulnya secara organisasi Muhammadiyah dan NU tidak menunjukkan dukungan secara tegas, itu perlu terus dijaga bahwa citra ormas Islam tidak terseret ke dalam politik praktis hanya untuk kekuasaan semata,” tegasnya lagi.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya

BERITA

Penggunaan Teknologi VAR di Liga Champions Dipercepat?

Oleh

Fakta News
var
Ilustrasi.(Foto: Istimewa)

Jakarta – Setelah sukses digunakan dalam beberapa turnamen FIFA, ternyata kehadiran teknologi Video Assistant Refree (VAR) disambut baik oleh sejumlah klub Eropa.

Video Asisten Wasit (VAR) kemungkinan besar akan segera diterapkan di ajang Liga Champions, tepatnya ketika memasuki babak knock out alias fase gugur di musim ini. Wacana tersebut langsung berasal dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua Asosiasi Klub Eropa Andrea Agnelli.

Dilansir dari Soccerway, Selasa (20/11), sebelumnya VAR sendiri akan diberlakukan di Liga Champions mulai musim depan, namun belakangan wacana tersebut akan dipercepat dalam rangka untuk proses pengujian teknologi tersebut.

“Kami sudah mulai melakukan semua persiapan. [Kepala wasit UEFA] Roberto Rosetti dan timnya sangat bagus. Ada sudut pandang penting – wasit dan semua aspek teknis,” kata Ceferin dalam konferensi pers di Brussels.

“Saya mengharapkan laporan dalam seminggu atau lebih dan kemudian kita akan melihat kapan kita dapat menerapkannya. Pada musim depan yang terbaru,” sambungnya.

Senada dengan Ceferin, Agnelli yang notabene merupakan pemilik Juventus siap mendukung wacana UEFA untuk mempercepat penerapan VAR di ajang Liga Champions.

Baca Juga:

Baca Selengkapnya